Harga Makanan dan Minuman Naik Januari 2015

CNN Indonesia
Kamis, 02 Okt 2014 13:14 WIB
Impor bahan baku makanan dan minuman memberi kontribusi terbesar terhadap biaya produksi anggota GAPMMI.
Ilustrasi mie instan (CNNIndonesia/GettyImages).
Jakarta, CNN Indonesia -- Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia (GAPMMI) bersiap menaikkan harga produk jual mulai Januari 2015. Kenaikan harga tersebut mempertimbangkan faktor nilai tukar rupiah dan tarif listrik, sehingga memicu kenaikan upah buruh.

Franky Sibarani, Sekretaris Jenderal GAPMMI mengungkapkan penyesuaian harga tersebut dilakukan mengikuti biaya produksi makanan dan minuman yang semakin tinggi. "Pengaruh terbesar itu karena dolar yang terus naik, karena mayoritas bahan baku produksi kami masih impor sekitar 60-85 persen. Bahkan gandum untuk bahan baku mie instan itu 100 persen impor," ujar Franky ketika dihubungi, Kamis (2/10).

Kurs tengah Bank Indonesia bahkan sempat menyentuh Rp 12.212 per dolar Amerika Serikat pada Selasa (30/9) dan menjadi yang terendah dalam tujuh bulan terakhir. Namun dalam dua hari terakhir rupiah mulai menguat hingga mencapai Rp 11.136 per dolar Amerika Serikat pada Kamis (2/10).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Peningkatan biaya produksi tergambar dari laporan keuangan kuartal II 2014 PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP) yang memproduksi tujuh merek mie instan seperti Indomie, Sarimi, dan Supermi. Beban pokok penjualan Indofood naik 24,59 persen menjadi Rp 11,55 triliun dibandingkan Rp 9,27 triliun pada kuartal II 2013. Peningkatan terbesar dari biaya tersebut untuk membeli bahan baku yang mencapai Rp 8,73 triliun naik 14,56 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya Rp 7,62 triliun.

Franky menambahkan biaya produksi akan bertambah tinggi jika pemerintahan baru menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi pada November 2014. Meskipun tidak memberi dampak langsung kepada proses produksi, namun naiknya harga BBM tersebut akan membuat biaya distribusi makanan dan minuman ikut meningkat. "Untuk produksi, sebagian besar anggota GAPMMI memang sudah menggunakan BBM non subsidi yang dibeli dari Pertamina. Namun, pihak ketiga yang mendistribusikan produk kami masih menggunakan BBM bersubsidi dan pasti menaikkan tarif angkutannya," ujarnya.

Beruntung para anggota GAPMMI telah menyediakan stok bahan baku makanan dan minuman untuk produksi sampai Desember 2014, sehingga harga bahan baku tersebut masih menggunakan harga lama yang tidak terpengaruh kenaikan harga BBM bersubsidi. Hal itu menjadi alasan GAPMMI menaikkan harga makanan dan minuman pada Januari 2015. "Besaran kenaikan harganya belum bisa dihitung karena menunggu berapa upah buruh tahun depan dan berapa harga BBM bersubsidi ditetapkan," kata Franky.
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER