Jakarta, CNN Indonesia -- PT Blue Bird Tbk siang ini (3/10) akan menggelar
public expose terkait rencana perseroan melakukan penawaran umum saham perdana (
initial public offering/IPO) tahun ini. Sebelum memutuskan untuk membeli sahamnya, simak kumpulan fakta dan data tentang Blue Bird yang dirangkum CNN Indonesia dari prospektus perseroan.
Cetak Laba Rp 271,5 Miliar Sampai April 2014Blue Bird memperoleh pendapatan sebesar Rp 1,47 triliun sampai April 2014, naik 31,6 persen dibandingkan pendapatan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 1,12 triliun. Setelah dipotong biaya operasional dan beban lain-lain, perusahaan taksi yang beroperasi sejak 2001 tersebut berhasil membukukan laba sebesar Rp 271,5 miliar sampai April 2014, naik 1,8 persen dibandingkan pendapatan sampai April 2013 sebesar Rp 266,8 miliar.
Pendapatan utama Blue Bird selama empat bulan pertama di 2014 berasal dari layanan taksi reguler yang memberi kontribusi Rp 1,19 triliun atau 80,98 persen dari total pendapatan perseroan. Angka tersebut meningkat dibandingkan pendapatan taksi sampai April 2013 sebesar Rp 885,3 miliar karena bertambahnya jumlah taksi yang dioperasikan. Sampai 30 April 2014, Blue Bird mengoperasikan 13.353 taksi di Jakarta, Depok, Tangerang, Bekasi (Jadetabek), dan 3.717 taksi di 12 kota besar lain di Indonesia.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pendapatan lain Blue Bird berasal dari layanan taksi eksekutif sebesar Rp 87,5 miliar, layanan limusin dan sewa mobil Rp 125,7 miliar, serta penyewaan bus Rp 67,6 miliar. Naiknya pendapatan diiringi dengan naiknya beban operasional perseroan. Sampai April 2014, beban operasional Blue Bird tercatat Rp 1 triliun, naik 42,16 persen dibandingkan beban operasional periode yang sama tahun sebelumnya Rp 706,2 miliar. Peningkatan beban operasional disebabkan oleh bertambahnya konsumsi bahan bakar minyak (BBM) akibat mengoperasikan lebih banyak taksi, serta naiknya jumlah gaji dan tunjangan pengemudi yang harus dibayarkan.
Total Aset Mencapai Rp 5,49 TriliunJumlah aset perusahaan taksi yang dirintis oleh Purnomo Prawiro per 30 April 2014 sebesar Rp 5,49 triliun, naik 9,6 persen dibandingkan nilai aset sampai akhir 2013 yang sebesar Rp 5,01 triliun. Blue Bird memiliki aset tetap berupa armada sebanyak 30.298 kendaraan serta kas dan setara kas Rp 350 miliar.
Memiliki Utang Sebesar Rp 4,07 TriliunBlue Bird memiliki liabilitas atau utang sebesar Rp 4,07 triliun sampai April 2014. Angka tersebut naik 5,5 persen dibandingkan Rp 3,8 triliun pada akhir 2013. Kenaikan tersebut disebabkan oleh bertambahnya utang jangka panjang perusahaan. Total utang bank jangka panjang perseroan mencapai Rp 2,76 triliun yang sebagian besar digunakan untuk membeli armada baru, tanah dan bangunan, dan memperluas wilayah operasi perseroan.
Anggarkan Belanja Modal Rp 5,54 Triliun untuk Dua tahunPerseroan berencana membelanjakan dana Rp 2,87 triliun sepanjang 2014 dan Rp 2,66 triliun di 2015. Mayoritas dana tersebut akan digunakan untuk membeli kendaraan, tanah dan bangunan, serta membangun kantor pusat yang baru. Pendanaan belanja modal diambil dari kas internal, utang bank, dan dari sebagian dana hasil IPO.
Kepemilikan SahamSebelum IPO, komposisi kepemilikan saham Blue Bird mayoritas dikuasai oleh PT Pusaka Citra Djokosoetono sebanyak 43,74 persen, Purnomo Prawiro 11,25 persen, dan sisanya 45,01 persen dikuasai secara kolektif oleh keluarga Prawiro.
Kegiatan dan Risiko UsahaBlue Bird mengklaim menguasai 33 persen pangsa pasar taksi di Indonesia sesuai data dari Euromonitor. Perseroan mengoperasikan 23 ribu taksi reguler, seribu taksi eksekutif, dan masih memiliki 7.504 izin taksi reguler dan 68 taksi eksekutif di berbagai kota operasinya di Indonesia. Layanan taksi Blue Bird terdapat di 17 kota yaitu Jadetabek, Medan, Pekanbaru, Padang, Batam, Palembang, Cilegon, Bandung, Semarang, Solo, Yogyakarta, Surabaya, Bali, Lombok, Balikpapan, Manado, dan Makassar.
Risiko usaha terbesar Blue Bird adalah kemungkinan ketidakmampuan perseroan memperoleh izin taksi baru yang dikeluarkan oleh pemerintah daerah, dan mempertahankan izin tersebut. Kemungkinan naiknya harga bahan bakar minyak bersubsidi juga menjadi risiko yang sangat diperhitungkan perseroan.
Selamat berinvestasi!