Blue Bird Bidik Rp 4,9 Triliun dari IPO, Terbesar Dalam Empat Tahun

CNN Indonesia
Jumat, 03 Okt 2014 16:53 WIB
Kisaran harga saham perdana Blue Bird Rp 7.200-Rp 9.300 per saham.
Supir Blue Bird juga memiliki kesempatan membeli saham perusahaan melalui mekanisme employee stock allocation. (CNN Indonesia/Adhi Wicaksono)
Jakarta, CNN Indonesia -- PT Blue Bird Tbk, operator taksi terbesar di Indonesia, mengincar dana Rp 3,82 triliun sampai Rp 4,94 triliun dari penawaran umum saham perdana sebanyak-banyaknya 531,4 juta lembar saham atau 20 persen dari modal ditempatkan dan disetor. Kisaran harga saham perdana tersebut Rp 7.200 sampai Rp 9.300 per saham.

"Kami akan melepas 20 persen saham ke publik untuk mendukung pengembangan usaha Blue Bird ke depan," ujar Purnomo Prawiro melalui siaran pers, Jumat (3/10).

Sebanyak 50 persen dari dana IPO akan digunakan untuk membiayai belanja modal termasuk pembelian kendaraan dan akuisisi pool taksi, sekitar 35,71 persen untuk melunasi pinjaman, sedangkan 14,29 persen akan digunakan sebagai modal kerja perseroan dan anak perusahaan.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Purnomo optimistis IPO ini akan sukses meski dilakukan dalam kondisi pasar modal yang sedang terkoreksi. Sebab, berdasarkan penjajakan awal sebelum penawaran IPO, pelaku pasar di luar negeri merespon positif terhadap emisi saham perdana Blue Bird ini. Dua sekuritas asing dan satu sekuritas lokal bertindak sebagai penjamin emisi (underwriter) yakni PT Credit Suisse Securities Indonesia, PT Danareksa Sekuritas, dan PT UBS Securities Indonesia.

Jika Blue Bird mampu meraih dana dengan harga tertinggi yaitu Rp 9.300 per saham, artinya IPO Blue Bird sebesar Rp 4,9 triliun merupakan emisi terbesar dalam empat tahun terakhir setelah PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk pada 2010 yang meraup dana hingga Rp 6,3 triliun. Namun, jika tidak mencapai harga tertinggi, maka kemungkinan Blue Bird akan meraup dana IPO yang sama besarnya dengan IPO maskapai plat merah PT Garuda Indonesia Tbk sebesar Rp 4,7 triliun pada 2011.

Blue Bird telah melalui proses IPO yang melelahkan dalam dua tahun terakhir. Perseroan mengajukan rencana pelepasan saham perdana ini ke Otoritas Jasa Keuangan sejak pertengah tahun lalu. Namun, dengan adanya sengketa saham dengan pemilik Taksi Gamya, Mintarsih A Latief, OJK belum mau memberikan izin pra efektif IPO tersebut. 

Blue Bird yang kini dinahkodai generasi ketiga dari sang pendiri Mutiara Djokosoetono pada 1972, awalnya dibesarkan bersama tiga orang kakak beradik Chandra Suharto, Mintarsih Lestiani, dan Purnomo Prawiro. Dalam prospektus setebal seribu halaman yang diberikan ke sejumlah investor calon pembeli saham Blue Bird, perseroan memaparkan kasus sengketa saham yang menderanya. Bahkan, Purnomo saat dikonfirmasi apakah kemungkinan setelah publik memiliki saham Blue Bird tidak ada masalah di kemudian hari, dia enggan berkomentar banyak. "Kami kan sudah memenuhi semua persyaratan OJK, bagaimana masalah saham sengketa itu semua sudah dijelaskan di prospektur setebal seribu halaman dan kami sudah transparan," katanya.

LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER