KONSOLIDASI PERBANKAN

Lahirnya Bank Terbesar di Malaysia

CNN Indonesia
Senin, 13 Okt 2014 12:58 WIB
Konsolidasi perbankan di Malaysia antara CIMB Group Holdings, RHB Capital, dan Malaysia Building Society (MBSB) melahirkan bank dengan aser Rp 2.280 triliun.
Dirut Bank CIMB Niaga Arwin Rasyid dan Tony Fernandes Air Asia (Detik/Rengga Sancaya)
Jakarta, CNN Indonesia -- Konsolidasi perbankan yang sedang berjalan di Malaysia antara CIMB Group Holdings, RHB Capital, dan Malaysia Building Society (MBSB), tak hanya menciptakan bank komsersial raksasa tapi juga bank syariah terbesar di negara tersebut. Konsolidasi tersebut diharapkan rampung pada pertengahan 2015.

Proses konsolidasi dilakukan dengan cara penggabungan (merger) CIMB Group dan RHB Capital menjadi entitas baru dengan cara tukar guling saham. Berdasarkan laporan Reuters akhir pekan lalu, bank hasil merger tersebut akan dikuasai CIMB sebanyak 70 persen dan sisanya dimiliki RHB Capital. Setelah itu, anak usaha bank syariah dari entitas baru tersebut akan mengakuisisi bank yang lebih kecil, Malaysia Building Society Bhd.

Nilai transaksi dari aksi penggabungan tersebut, menurut sumber Reuters mencapai US$ 22 miliar. Bank ini akan mengalahkan Malaysia Banking Bhd (Maybank) milik pemerintah setempat. CIMB merupakan bank terbesar kedua dan RHB bank terbesar ke empat di Malaysia. Penggabungan ketiga bank tersebut adalah momen lahirnya bank terbesar di Malaysia dengan total aset mencapai US$ 190 miliar atau setara Rp 2.280 triliun. Jika dibandingkan dengan kondisi di Indonesia, jumlah itu masih lebih besar dibandingkan APBN 2015 yang hanya Rp 2.030 triliun, bahkan jika empat bank milik pemerintah digabungkan, total asetnya hanya sekitar Rp 1.950 triliun.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

CEO pelaksana CIMB Group Abdul Aziz mengaku sangat senang dengan tercapainya proses merger tersebut. "Ini akan memperkuat posisi kamidi antara bank-bank terkemuka di ASEAN," katanya seperti dikutip Reuters, Senin (13/10).

Tak hanya di Indonesia yang kerap melewati rintangan saat berencana mengonsolidasikan bank, di Malaysia, ketiga bank itu juga harus menghadapi rintangan karena kepemilikan saham ketiga bank dimiliki oleh dana pensiun terbesar di Malaysia, yakni Employees Provident Fund (EPF). Dana pensiun itu memiliki 41 persen saham di RHB, 65 persen di Malaysia Building Society, dan 14,5 persen di CIMB.

Namun, dana pensiun terbesar di Malaysia menyatakan dukungannya atas konsolidasi tiga bank itu. Meski aturan main pasar modal setempat menghendaki pemegang saham untuk abstain dalam rapat pemegang saham karena dapat menimbulkan benturan kepentingan, namun EPF mengabaikan hal itu karena mementingkan kepastian dana dari 14 juta anggota dana pensiun.

Saham ketiga bank medapatkan sentimen besar pada perdagangan bursa di Malaysia akhir pekan lalu. Saham CIMB anjlok 4,4 persen, sedangkan dua bank lainnya mencatat kenaikan harga saham yang cukup besar. Saham RHB naik 2,2 persen dan Malaysia Building Society sahamnya naik 10,6 persen.

Sejumlah bank internasional terlibat dalam proses konsolidasi tersebut. CIMB memilih JP Morgan sebagai penasihat keuangan, RHB memilih Credit Suisse, Malaysia Building Society menunjuk Citigroup, sedangkan dana pensiun EPF menunjuk Deutsche Bank.

Sebelum melakukan konsolidasi di Malaysia, CIMB Group juga sukses mengawali aksi merger di Indonesia terkait aturan kepemilan tunggan yang ditetapkan Bank Indonesia. Pemodal Malaysia harus menyatukan kedua bank yang dimilikinya di Indonesia yakni Bank Niaga dan Lippo Bank. Sehingga pada 2008, lahirlah bank hasil merger tersebut menjadi Bank CIMB Niaga.

Sementara, RHB Capital yang telah setahun memproses akuisisinya terhadap bank kecil di Indonesia, Bank Mestika Dharma, akhirnya dibatalkan. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) enggan memberikan izin bagi bank di Malaysia untuk ekspansi lagi di Indonesia sebelum mereka membuka pintu bagi bank-bank di Indonesia untuk ekspansi. Azaz resiprokal ini menjadi dasar bagi OJK untuk memproses sejumlah akuisisi yang dilakukan bank-bank Malaysia dan Singapura terhadap perbankan Indonesia.

DBS Bank Singapura juga ditentang untuk mengakuisisi Bank Danamon pada 2013 menyusul tidak diizinkannya sejumlah bank di Indonesia mendapatkan akses ke Singapura. Padahal Bank Danamon rencananya akan digabungkan dengan Bank DBS Indonesia jika OJK mengizinkan pemodal Singapura itu menguasai mayoritas Bank Danamon.
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER