Jakarta, CNN Indonesia -- PT Kimia Farma Tbk (KAEF), perusahaan yang bergerak di bidang farmasi berencana memasuki bisnis hotel karena menilai prospeknya cukup menjanjikan. Perusahaan akan memanfaatkan aset berupa tanah yang dimilikinya sebagai lokasi pembangunan hotel di Bandung, dan dua lainnya di Jakarta.
M. Wahyuli Syafari, Direktur Riset dan Pengembangan Bisnis Kimia Farma mengatakan rencana perseroan untuk masuk ke bisnis hotel adalah untuk meningkatkan pendapatan dari aset tanah yang selama ini tidak produktif. "Pembangunan hotel di Bandung akan dilakukan lebih dulu, karena kami sudah membuat kontrak dengan kontraktor yang akan mengerjakannya. Tinggal menunggu Izin Mendirikan Bangunan (IMB) terbit," kata Wahyuli, Kamis (16/10).
Wahyuli menjelaskan, perusahaan akan membangun hotel berbintang tiga atau bintang empat di kawasan Dago, Bandung di atas lahan seluas 3.000 meter persegi. Dia memperkirakan pembangunannya bisa dimulai akhir 2014. Sementara hotel di dua kawasan di Jakarta yaitu Senen dan Matraman akan dimulai pembangunannya pertengahan tahun depan. Kimia Farma memiliki lahan masing-masing seluas 1.200 meter persegi dan 4.000 meter persegi di dua kawasan tersebut.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Hotel kami nantinya akan menyediakan layanan kesehatan dan apotik sesuai dengan bisnis inti Kimia Farma. Harapannya tentu kami bisa memperoleh pendapatan berulang setelah tiga hotel ini beroperasi nanti," katanya.
Wahyuli memastikan Kimia Farma tidak mau setengah-setengah memasuki bisnis hotel. Oleh karena itu, masih ada tujuh aset berupa tanah tidak produktif yang akan disulap perusahaan menjadi hotel di masa mendatang. Beberapa diantaranya terletak di Makassar, Bali, dan Medan. Sayangnya, Wahyuli enggan menyebutkan berapa nilai investasi yang harus dikeluarkan Kimia Farma untuk mengerjakan proyek hotel tersebut.
Sampai semester I 2014, laporan keuangan Kimia Farma menyebutkan perseroan hanya memiliki kas dan setara kas sebesar Rp 136,93 miliar, turun 65,25 persen dibandingkan posisi kas dan setara kas semester I 2013 sebesar Rp 394,14 miliar.
Sementara Rusdi Rosman, Direktur Utama Kimia Farma sebelumnya mengatakan perusahaan juga berencana membangun pabrik baru di Banjaran, Bandung senilai Rp 1,3 triliun. Untuk membangun pabrik tersebut, Kimia Farma harus menerbitkan surat utang jangka menengah atau
Medium Term Notes (MTN) sebesar Rp 200 miliar dan menunjuk PT Mandiri Sekuritas sebagai arranger dalam penerbitan MTN tersebut. Nilai MTN tersebut setara dengan 12,31 persen dari total ekuitas Kimia Farma.
Pada 2013, Kimia Farma juga pernah mengungkapkan rencana pembangunan pabrik di Pulogadung, Jakarta Timur senilai Rp 460 miliar dimana pembiayaannya akan diperoleh dengan menerbitkan obligasi. Namun investasi pabrik tersebut akhirnya dikaji ulang karena lokasi pembangunan pabrik dinilai tidak kondusif sehingga Kimia Farma memindahkan rencana lokasinya ke Banjaran.