Jakarta, CNN Indonesia -- Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) menggelar perpisahan dengan Dahlan Iskan tiga hari menjelang pelantikan Presiden dan Wakil Presiden terpilih Joko Widodo - Jusuf Kalla.
Salah seorang karyawan BUMN yang enggan disebutkan namanya mengungkapkan perpisahan tersebut dilakukan pagi tadi pukul 07.00-08.00 yang dihadiri beberapa direktur BUMN dan sejumlah karyawan kementerian BUMN.
Salah satu dirut BUMN yang hadir pada acara perpisahan tersebut adalah Ismed Hasan Putro, Dirut PT Rajawali Nusantara Indonesia (RNI) yang pernah menjadi anak buah Dahlan Iskan di Jawa Pos Group.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dihadapan ratusan tamu dan karyawan, Dahlan mengaku bahagia meski hanya tiga tahun menjabat sebagai Menteri BUMN menggantikan Mustafa Abubakar pada 2011 yang pensiun karena sakit.
Dahlan menyebut dirinya hanya sebagai Non Executive Chairman BUMN dari sebuah konglomerasi besar BUMN. Sementara, acting menteri dijalankan oleh Mahmudin Yasin sebagai seorang yang lebih sering berada di kantor. "Pak Dahlan mengaku nggak pernah duduk di kursi menteri lantai 19 itu, katanya risih duduk di sana," ujar karyawan itu kepada CNN Indonesia, Jumat (17/10).
Karyawan tersebut menceritakan bahwa Dahlan juga meminta tak perlu lagi ada lift khusus menteri seperti yang banyak terdapat di sejumlah kementerian. Menurut Dahlan jumlah rapat di Kementerian BUMN sudah berkurang 60 persen selama dirinya menjabat menteri, lebih besar dari target awal 50 persen. Biaya perjalan di APBN diakuinya juga tidak pernah habis. "Rapat banyak dilakukan via blacberry messanger (BBM) saja," kata pria itu.
Selama menjadi menteri, Dahlan mengaku bangga karena para eselon I di kementerian tersebut tergolong masih muda. "Sempat ditanya Wakil Presiden juga, tapi saya jawab, kalau di swasta ini sudah ketuaan," ujar karyawan menirukan Dahlan bercerita.
Di hadapan para tamu, Dahlan mengaku sudah dua kali masuk rumah sakit karena tidak tahan dengan makanan pedas. Padahal setiap hari dirinya sudah berolah raga di Monas.
Pada kesempatan itu, Dahlan Iskan juga membanggakan istrinya dihadapan sejumlah karyawan dan dirut BUMN. Menurut Dahlan, istrinya khawatir jika menjadi menteri ujung-ujungnya menjadi koruptor. Sementara, menanggapi rumor-rumor yang beredar tentang siapa penunggu salah satu kursi terhangat di kementerian bidang ekonomi itu, Dahlan mengaku belum pernah dihubungi oleh siapapun. "Sehingga Ia mengadakan pertemuan ini sambil berharap siapapun yang utang dianggap lunas," katanya.
Selama menjadi Menteri BUMN, Dahlan Iskan mencatat sejumlah prestasi dan kegagalan. Nasib Dahlan tak sesial Mustafa Abubakar. Penawaran Saham Perdana (IPO) dua BUMN di masa Mustafa dianggap gagal yaitu PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA) dan PT Krakatau Steel Tbk (KRAS). Sementara, di era Dahlan hanya ada satu IPO BUMN yang dapat terlaksana yakni PT Semen Baturaja Tbk (SMBR) dan PT Waskita Karya Tbk (WKST). Kedua IPO tersebut sukses tanpa ada polemik tentang harga saham "kemurahan" ataupun "kemahalam".
Dalam beberapa pertemuan dengan sejumlah eksekutif di sekuritas BUMN, sosok Dahlan cenderung tidak ingin terlibat dalam penentuan harga saham IPO BUMN seperti yang pernah terjadi sebelumnya. Untuk beberapa aksi korporasi, Dahlan kerap tak ambil bagian.
Namun, sikap kontroversi Dahlan dilakukan pada saat ia melontarkan rencana penguatan BUMN energi dan Perbankan. Dahlan mengumumkan bahwa PT Pertamina akan membeli PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS) untuk kemudian mengakuisisi PT Pertagas, anak usaha Pertamina yang bergerak sejenis dengan PGN. Akibat ramainya isu tersebut beredar di media, saham PGN anjlok cukup dalam karena sentimen negatif investor atas rencana tersebut.
Dahlan Iskan juga pernah mengungkapkan agar PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) mengakuisisi PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN). Hal itu juga direspon negatif oleh sejumlah pihak, baik antar kementerian maupun karyawan BTN.