Jakarta, CNN Indonesia --
Chatib Basri akan meninggalkan jabatannya sebagai Menteri Keuangan mulai Senin, 20 Oktober 2014. Sebelum diganti, Chatib berpesan agar figur yang dipilih pemerintahan Joko Widodo-Jusuf Kalla untuk meneruskan jabatannya harus berani menjadi tidak populer di mata masyarakat."Menjadi Menteri Keuangan itu seringkali harus mengambil kebijakan yang tidak enak, yang berhubungan dengan keuangan negara. Mulai dari cukai, renegosiasi kontrak karya, pajak, pembahasan APBN dengan DPR, mengusulkan kenaikan harga BBM, dan sebagainya," kata Chatib di Jakarta, Jumat (17/10).Chatib yang disebut-sebut sebagai salah satu kandidat menteri bidang ekonomi Presiden terpilih Joko Widodo, menyebutkan banyak pekerjaan rumah yang diselesaikan Menteri Keuangan baru. Pertama dan yang paling dekat adalah memastikan dana subsidi yang bisa dihemat dari kenaikan harga BBM bersubsidi dapat digunakan untuk membangun infrastruktur. Sehingga ekonomi bisa lebih meningkat.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut dia, dengan menaikkan harga BBM subsidi sebesar Rp 3.000 per liter, maka anggaran subsidi yang bisa dihemat mencapai Rp 159 triliun. Terdiri dari Rp 24 triliun penghematan sampai akhir 2014, dan sebesar Rp 135 triliun sepanjang 2015. "Pemerintah tidak perlu lagi meminta persetujuan DPR kalau mau menaikkan harga BBM. Tetapi jangan terlalu banyak pembangunan infrastrukturnya, jadi kalau kurang pendanaan tidak harus berutang dari luar lagi," katanya.Menteri Keuangan yang baru satu tahun menjabat menggantikan Agus Martowardojo karena menjadi Gubernur Bank Indonesia tahun lalu, berpesan kepada penggantinya agar bisa menjaga defisit keuangan negara dibawah 2 persen. Sehingga memiliki ruang fiskal yang cukup untuk mendanai program yang lain, daripada habis untuk membayar utang. Selain itu, Menteri Keuangan yang baru menurutnya juga harus mengubah paradigma APBN yang mengandalkan penerimaan dari bidang sumber daya alam. Chatib menilai selama 10 tahun terakhir, pemerintah telah terbuai dan menikmati tingginya harga komoditas seperti minyak bumi, batubara, mineral, kelapa sawit dan sebagainya. Trend penurunan harga komoditas harus membuat pemerintah mencari cara lain untuk menyumbang pendapatan. "Solusi yang paling tepat adalah mengundang lebih banyak investasi langsung masuk ke Indonesia dengan terus menyederhanakan perizinan investasi," kata Chatib.
Jaga Pertumbuhan EkonomiMenurutnya salah satu parameter sukses atau tidaknya seseorang menjabat sebagai Menteri Keuangan bisa dilihat dari realisasi pertumbuhan ekonomi serta keberhasilannya dalam menjaga stabilitas makro ekonomi. Dari sisi pertumbuhan ekonomi, tugas Menteri Keuangan relatif ringan karena 50 persen dari perekonomian Indonesia ditopang oleh konsumsi masyarakatnya."Dengan pemerintah tidak melakukan apa-apa saja, pertumbuhan ekonomi dari konsumsi masyarakat bisa mencapai 1,5 persen sampai 2 persen. Tinggal bagaimana memicu pertumbuhan dari sektor lain," ujarnya.Sementara stabilitas makro perlu dijaga, karena parameter tersebut merupakan bahan baku utama untuk menciptakan pertumbuhan ekonomi di masa mendatang. "Bank sangat memperhatikan hal ini sebagai salah satu dasar perhitungan pencairan kredit. Kalau kredit bank tidak cair, tidak akan ada pertumbuhan," kata Chatib.