Jakarta, CNN Indonesia -- Pemerintah menarik utang baru sebesar Rp 21,2 triliun melalui penerbitan Obligasi Ritel Indonesia (ORI) seri 011 bertenor tiga tahun. Di tengah kondisi likuiditas nasional yang ketat, investor pemegang ORI 011 mendapatkan kupon sebesar 8,5 persen.
"Ini hadiah buat pemerintahan baru Jokowi," ujar Direktur Surat Utang Negara Loto Srinaita Ginting Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang (DJPU) Kementerian Keuangan di kantornya, Senin (20/10).
Dia menilai kupon ORI 011 lebih kompetitif dibandingkan dengan suku bunga deposito yang ditawarkan perbankan. Hal itu tercermin pula dari tingginya permintaan ORI 011. "Kami beruntung juga dengan kebijakan OJK membatasi bunga deposito perbankan untuk tidak melampaui suku bunga LPS sekitar 7 persen. Jadi ada peralihan ke ORI," katanya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Direktur Jenderal Pengelolaan Utang Robert Pakpahan menuturkan minat pembelian tergolong tinggi di tengah ketatnya likuiditas di pasar domestik dan ekspektasi inflasi tinggi. Buktinya, realisasi lelang ORI 011 melalui 21 agen penjual mencapai Rp 21,2 triliun, melampaui target Rp 20 triliun. "Jumlah pemesan ORI mencapai 35.024 di 34 provinsi, dimana investor baru tercatat sebanyak 20.418 investor," jelasnya.
Menurut Robert, jumlah pemesan ORI terbesar adalah wiraswasta sebanyak 26,35 persen, diikuti oleh swasta 23,82 persen, ibu rumah tangga 15,71 persen, PNS, TNI dan Polri 6,52 persen, serta investor lainnya 27,6 persen.
Berdasarkan kategori umur, mayoritas pembeli berusia di atas 40 tahun sebanyak 72,9 persen senilai Rp 15,68 triliun.
Provinsi DKI Jakarta mendominasi pemesanan ORI, yakni sebanyak Rp 8,43 triliun. Lalu diikuti Jawa Timur Rp 3,25 triliun, Jawa Barat Rp 2,64 triliun, Sunatera Utara Rp 1,26 triliun dan Jawa Tengah Rp 1,08 triliun. Daerah pemesan ORI terendah adalah Sulawesi Barat, Bengkulu, Gorontalo, dan Papua Barat. "Pemesan ORI ada di seluruh wilayah di 34 provinsi," jelas Robert.
Robert menambahkan kesuksesan menjual ORI menunjukan bahwa investor domestik mampu menopang pembiayaan APBN. Untuk tahun depan, dalam rangka mengurangi ketergantungan utang dari asing, porsi obligasi negara ritel akan dikembangkan.
Tahun ini, pemerintah menerbitkan tiga obligasi ritel, salah satunya sukuk ritel pada Maret lalu sebesar Rp 20 triliun lebih. "Saving bond ritel sedikit di bawah target dan terakhir ORI 011 ini," katanya menegaskan.