GAS METANA BATUBARA

Pemerintah Siasati Rendahnya Produksi Gas CBM

CNN Indonesia
Jumat, 24 Okt 2014 10:34 WIB
Revisi kontrak kerjasama CBM berlaku untuk perusahaan yang telah melakukan pengeboran dan analisa cadangan CBM di area kerjanya.
Batubara memiliki kandungan gas yang bisa dimanfaatkan sebagai sumber energi. (CNN Indonesia/Adhi Wicaksono)
Jakarta, CNN Indonesia -- Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Bumi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral memutar strategi untuk dapat meningkatkan produksi gas metana batubara atau coal bed methane (CBM) di Indonesia. Sejak dikembangkan 2008 lalu, pemerintah sudah meneken 54 kontrak kerjasama (KKS) CBM namun produksinya masih kurang dari 1 juta standar kaki kubik per hari (MMSCFD).

Naryanto Wagimin, Direktur Pembinaan Usaha Hulu Migas mengatakan untuk dapat meningkatkan semangat kontraktor dalam memproduksi CBM pemerintah akan mengubah KKS. "Berdasarkan hasil evaluasi yang dilakukan pengembangan CBM tidak dapat diperlakukan sama seperti minyak dan gas bumi karena karakteristiknya berbeda. Untuk itu perlu dilakukan perubahan dalam kontrak kerja sama yang telah ditandatangani," ujar Naryanto ketika dihubungi, Jumat (24/10).

Namun tidak seluruh KKS CBM akan direvisi, hanya bagi perusahaan yang telah melakukan pengeboran dan analisa cadangan CBM di area kerjanya. Dalam revisi tersebut tidak lagi ada batas waktu mekanisme masa eksplorasi maupun produksi, serta pemerintah akan mempermudah kegiatan melakukan eksplorasi seperti menambah jumlah sumur.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

“Produksi CBM itu paralel dengan jumlah sumur.  Semakin banyak sumurnya, produksi juga meningkat. Sehingga perlu diberikan kemudahan untuk menambah sumur. Namun dari 54 KKS, baru 10 kontrak atau 20% diantaranya yang sudah melaksanakan komitmen. Cuma memang arahnya belum jelas, ini yang akan kita dorong,” kata Naryanto.

Kendala lain yang dihadapi kontraktor CBM di lapangan adalah sulitnya mempertahankan konsistensi produksi gas yang keluar. Naryanto mengatakan di awal pengeboran,  produksi gas CBM rata-rata cukup tinggi yaitu 0,8 MMSCFD. Namun setelah didiamkan beberapa lama terjadi penurunan menjadi 0,1 MMSCFD.

"Penyebab terjadinya penurunan ini masih dalam penelitian lebih lanjut. Selain itu karakter batubara Indonesia setelah dewatering ternyata hancur sehingga menyumbat pompa. Kami sedang mencari jenis pompa yang sesuai sehingga tidak lagi menghambat keluarnya gas CBM,” ujarnya.

Cadangan CBM Indonesia diperkirakan sebesar 453 trillion cubic feet (TCF). Cadangan CBM Indonesia tertinggi tersebar di cekungan Sumatera Selatan (183 TCF), Barito (101,6 TCF), Kutei (89,4 TCF)m dan Sumatera Tengah (52,5 TCF). Sementara cadangan berjumlah sedang terletak di Cekungan Tarakan Utara (17,5 TCF), Berau (8,4 TCF), Ombilin (0,5 TCF), Pasir/Asam-Asam (3,0 TCF), dan Jatibarang (0,8 TCF) memiliki kategori medium. Sedangkan cekungan Sulawesi (2,0 TCF) dan Bengkulu (3,6 TCF) berkategori cadangan rendah.
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER