BEBAN ENERGI JOKOWI

Isu BBM Naik, Saham Astra dan Unilever Anjlok

CNN Indonesia
Jumat, 24 Okt 2014 10:49 WIB
IHSG mengalami tekanan jual akibat isu kabinet dan kenaikan harga BBM bersubsidi
Index saham anjlok. (Reuters/Ralph Orlowski)
Jakarta, CNN Indonesia -- Index Harga Saham Gabungan (IHSG) untuk jangka pendek akan mengalami tekanan. Pada pembukaan perdagangan sampai satu jam berikutnya, IHSG terus melemah 34 poin atau 0,68 persen ke 5.069 dari posisi pembukaan turun tipis 5 poin atau 0,10 persen ke 5.098.

Sejumlah sentimen negatif datang dari dalam negeri, mulai dari pengumuman nama-nama menteri yang di bawah ekspektasi pasar, hingga isu kenaikan bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi Rp 3.000 per liter pada 1 November mendatang.

Direktur Ciptadana Securities John Herry Tedja menilai pelaku pasar sudah mengantisipasi pengumuman kabinet Joko Widodo - Jusuf Kalla yang rencananya dilakukan dalam waktu dekat. "Kalau dari nama-nama yang beredar rasanya itu kurang sesuai dengan yang diinginkan market," kata John kepada CNN Indonesia, Jumat (24/10).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menurut dia menteri-menteri incumbent seperti Chairul Tanjung dan Chatib Basri masih layak untuk dipertahankan. Sementara nama-nama seperti Rini Soemarno yang kabarnya akan menduduki kursi Menteri BUMN dan Sofyan Djalil sebagai Menteri Kordinator Perekonomian, dianggap kurang pas. "Ada lagi nama Dirut PGN dan Dirut Telkom dikabarkan jadi menteri, atau nama-nama lain yang belum banyak dikenal, ini memberikan sentimen negatif juga di market," tuturnya.

Analis AM Capital Viviet Prapita menilai, pelaku pasar masih menunggu kepastian kabinet Jokowi. Selain itu, rilis kinerja emiten perbankan yang kurang diharapkan pada kuartal III ini, memicu tekanan jual terhadap sejumlah saham perbankan. "Selain itu ada faktor eksternal, bursa ikut terimbas dari anjloknya harga properti Tiongkok di saat bank central telah melakukan pengenduran kredit rumah," ujar dia.

Sementara itu, anjloknya bursa saham Indonesia pagi ini menurut Djodi Pujiyono Susanto Institutional Equity Sales Trader Reliance Securities sebagai respon awal atas rencana kenaikan BBM per 1 November. "Sentimen ini setidaknya dalam 1-3 bulan ke depan, karena dampak BBM naik akan membuat inflasi tinggi," kata Jodi.

Jika Bank Indonesia dapat mengendalikan laju inflasi pasca kenaikan BBM maka kondisi akan membaik, namun jika inflasi itu harus dihantam dengan kenaikan suku bunga acuan BI rate, maka hal itu akan berpengaruh ke pasar saham. "Jika suku bunga naik maka mungkin akan berimbas negatif ke saham. Sebab emiten akan mengalami kenaikan biaya produksi, untuk biaya energi dan biaya bunga pinjaman," ujarnya.

Saham-saham yang tertekan akibat isu kenaikan BBM ini hingga pukul 10.30 WIB antara lain saham PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) anjlok 2,24 persen, PT Astra Internasional Tbk (ASII) turun 1,49 persen, PT Semen Indonesia Tbk (SMGR) turun 1,86 persen, diikuti dengan anjloknya saham-saham perbankan yang baru saja merilis laporan keuangannya seperti Bank Mandiri (BMRI) dan Bank Rakyat Indonesia (BBRI).

Namun demikian, menurut John Herry Tedja, kenaikan BBM subsidi dalam jangka panjang akan memberikan dampak positif bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia. Meski harus tertekan akibat inflasi, namun dampak itu diyakini tak akan berlangsung lama. "Bagi emiten saya rasa mereka akan pass on biayanya ke konsumen, misalnya kalau tarif taksi naik, orang kan bisa naik angkutan umum lain, tak harus taksi," ujar dia.
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER