KABINET JOKOWI

INACA Sodorkan Tujuh Pekerjaan untuk Jonan

CNN Indonesia
Senin, 27 Okt 2014 15:08 WIB
Asosiasi maskapai penerbangan berharap Menteri Perhubungan Ignasius Jonan dapat menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang dihadapi pelaku industri saat ini.
Menteri Perhubungan Ignasius Jonan. (Antara Photo/Andika Wahyu)
Jakarta, CNN Indonesia -- Indonesia National Air Carriers Association (INACA) menyodorkan tujuh pekerjaan rumah yang harus segera diselesaikan Menteri Perhubungan yang baru Ignasius Jonan. Dengan kemampuan yang dimilikinya mantan Direktur Utama PT Kereta Api Indonesia (Persero) tersebut diharapkan bisa memperbaiki sektor transportasi umum, khususnya di bidang penerbangan.

Arif Wibowo, Ketua Umum INACA mengatakan keberhasilan Jonan mengubah wajah Kereta Api menjadi lebih baik dan profesional diharapkan bisa ditularkan untuk memperbaiki sektor transportasi lainnya. "Kapabilitas itu tercermin dari sikap kepemimpinan seseorang. Sementara pengetahuan atas isu-isu transportasi secara umum adalah sesuatu yang bisa dipelajari, karena saya menilai beliau seorang quick learner," kata Arif kepada CNN Indonesia, Senin (27/10).

Untuk mempermudah Jonan dalam memperbaiki masalah yang dihadapi industri penerbangan, Arif mengatakan setidaknya ada tujuh pekerjaan yang menunggu untuk diselesaikan.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pertama, pemerintah harus bisa meningkatkan kembali rating keselamatan industri penerbangan di Indonesia dari kategori 2 menjadi kategori 1 sesuai standar Federal Aviation Administration (FAA) Kementerian Transportasi Amerika Serikat. FAA telah menurunkan rating Indonesia dari kategori 1 menjadi kategori 2 sejak April 2007 lalu karena minimnya regulasi di Indonesia yang mengatur tentang standar keselamatan penerbangan.

"Filipina saja bisa menempati kategori 1 kenapa kita tidak. Karena pengkategorian FAA ini kemudian berpengaruh ke insurance cost perusahaan asuransi, yang melihat incidence dan accident rate suatu negara sebelum berani melindungi penerbangan di suatu negara," kata Arif. CEO PT Citilink Indonesia tersebut menjelaskan semakin tinggi kategori yang ditempati suatu negara maka insurance cost yang ditagihkan perusahaan asuransi dalam bentuk premi kepada maskapai tentu akan lebih kecil.  

Kedua, pemerintah harus segera mengimplementasikan penerapan bea masuk 0 persen untuk suku cadang pesawat seperti tertuang dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 213 tahun 2011. Arif menilai, belum diterapkannya peraturan tersebut karena masalah birokrasi. Padahal, dengan bea masuk 0% tentu maskapai penerbangan bisa lebih murah mendapatkan suku cadang yang akan menghemat biaya perawatan pesawat.

Ketiga, INACA meminta Menteri Perhubungan untuk dapat menurunkan harga avtur minimal 5 persen dari harga yang ada saat ini sehingga bisa menekan biaya operasional maskapai nasional. "Saat ini harga avtur di Indonesia 12 persen lebih mahal dibandingkan negara-negara lain di Asia. Kalau pungutan dari BPH Migas dihilangkan, lalu biaya produksi avtur bisa ditekan oleh Pertamina, saya yakin penurunan 5 persen saja sudah diapresiasi oleh maskapai penerbangan. Tetapi tentunya harus tetap ekonomis bagi Pertamina sebagai distributor," ujar Arif.

Empat pekerjaan lain yang harus diselesaikan Jonan menurut Arif adalah pengenaan tarif baggage handling charge di Bandara Kualanamu Medan dan Bandara Sepinggan Balikpapan yang seharusnya dibebankan kepada penumpang, namun malah dibebankan ke maskapai; tarif batas atas yang seharusnya tidak diberlakukan di rute gemuk; peningkatan kapasitas bandara; serta peningkatan jumlah sumber daya manusia di sektor penerbangan.

"Akan lebih baik lagi kalau Menteri Perhubungan bisa menciptakan sarana transportasi intermoda di bandara-bandara besar Indonesia. Seperti di bandara Kualanamu dan Adisucipto itulah contohnya. Seluruh moda ada disana sehingga memudahkan penumpang menuju dan keluar dari bandara," kata Arif.

Sementara Presiden Direktur PT Indonesia AirAsia Sunu Widyatmoko mengaku optimistis Jonan mampu memperbaiki bisnis penerbangan nasional. "Masalah harga avtur dan nilai tukar, saya yakin beliau sudah tahu hal ini. Belum lagi masalah perang harga tiket. Semoga saja program-program beliau bisa kita dengar dalam waktu dekat," kata Sunu.

Richard Budihadianto, Direktur Utama PT Garuda Maintenance Facility AeroAsia (GMF) menilai Jonan sebagai orang yang mau mendengar dan cepat belajar. Hal tersebut tercermin dalam perbaikan yang berhasil dilakukannya di Kereta Api sehingga menjadi salah satu moda transportasi pilihan utama masyarakat.

"Dia pekerja keras dan saklek kalau urusan kerja. Jadi pasti bisa mengerti urusan penerbangan. Mudah-mudahan akan ada pertemuan rutin dengan Menteri Perhubungan untuk berdiskusi masalah transportasi, terutama sektor perawatan dan perbaikan pesawat seperti yang kami jalani" ujar Richard.
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER