Jakarta, CNN Indonesia -- Pemerintah segera menggenjot pengembangan energi terbarukan dari gas batuan shale atau yang lebih dikenal dengan istilah shale gas. Sudah ada tiga kontrak di tangan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral.
“Sekarang tinggal diteken saja dan mungkin dalam waktu dekat,” kata Direktur Pengusahaan Minyak dan Gas Bumi Kementerian ESDM Naryanto Wagimin, kepada CNN Indonesia, Selasa (28/10).
Kementerian ESDM sebelumnya sudah melakukan penawaran langsung penambangan gas shale untuk tiga wilayah kerja, yang dilakukan sejak awal 2014. Ketiga wilayah itu adalah MNK Sakakemang dan MNK Palmerah yang terletak di Provinsi Sumatera Selatan, serta MNK Selat Panjang di Provinsi Riau.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pemerintah juga telah membuka tender untuk wilayah kerja shale gas di migas non konvensional (MNK) North Tarakan, Kalimantan Utara; MNK Kutai, Kalimantan Timur; dan MNK Shinta di Provinsi Kalimantan Selatan.
Namun Naryanto enggan membeberkan perusahaan mana yang akan mengembangkan beberapa WK yang ditawarkan. "Belum ada dikabari kalau itu. Kemungkinan konsorsium," ujarnya.
Potensi shale gas Indonesia diperkirakan mencapai 574 triliun kaki kubik (TCF) atau lebih besar dibandingkan gas metana batubara (CBM) yang mencapai 453,3 TCF dan gas konvensional sebesar 153 TCF.
Saat ini, perusahaan yang tengah mengembang shale gas di Indonesia hanya PT Pertamina Hulu Energi, yang telah mengantogi izin eksplorasi di WK MNK Sumbagut. Sementara anak usaha PT Perusahaan Gas Negara Tbk., yakni Saka Energi, juga tengah melakukan kajian eksplorasi shale gas di Amerika Serikat.