Jakarta, CNN Indonesia -- Ancaman aksi mogok selama satu bulan yang diserukan Serikat Pekerja PT Freeport Indonesia dipastikan akan menurunkan angka produksi perusahaan. Bahkan Direktur Jenderal Mineral dan Batubara Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) R. Sukhyar tak menampik produksi biji mineral Freeport berpotensi anjlok hingga 50 persen jika ancaman direalisasikan.
"Saya sudah dapat laporan dari General Manager Freeport di lapangan kalau aksi mogok sudah dimulai sejak dua minggu lalu. Katanya aksi mogok besar-besaran akan dilakukan pada 6 November mendatang" kata Sukhyar di Jakarta, Selasa (28/10).
Dari laporan yang diterima, sudah 1.000 pekerja tambang Freeport yang menolak bekerja sejak 14 Oktober 2014. Pada aksi puncak, sebanyak 30 persen atau sekitar 3.600 pekerja tambang akan melakukan aksi mogok mulai 6 November-6 Desember 2014.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Manajemen Freeport masih melakukan komunikasi dengan serikat agar produksi tidak turun drastis. Sekarang saja produksi mereka hanya 60 persen sampai 70 persen dari kondisi normal," katanya.
Jika dalam kondisi normal Freeport mampu memproduksi 102.900 ton biji tembaga, itu artinya produksi saat ini hanya berkisar 72.030 ton. Akibat penurunan tersebut, Sukhyar mendesak manajemen Freeport melakukan langkah persuasif secara personal ke pekerja untuk menyudahi aksi mogok. Disamping itu manajemen harus berkoordinasi dengan Dinas Ketenagakerjaan setempat untuk melakukan komunikasi dengan Serikat Pekerja.
"Pekerja menuntut perbaikan di sisi manajemen harus dilakukan oleh induk perusahaan. Kalau pun ada tindakan yang semena-mena seperti yang pekerja keluhkan, itu harus diinvestigasi agar nantinya pelaku bisa diberi sanksi," kata Sukhyar.
Sementara itu manajemen Freeport mengaku masih terus melakukan dialog dengan pegawai dan pimpinan serikat pekerja. "Mudah-mudahan ada titik temu yang baik," ungkap juru bicara Freeport, Daisy Primayanti melalui pesan singkat.