EKONOMI DUNIA

Rusia Salah Tebak Harga Minyak

CNN Indonesia
Rabu, 29 Okt 2014 07:53 WIB
Kementerian Ekonomi Rusia panik akibat salah memprediksi harga minyak yang ditetapkan dalam anggaran pendapatan dan belanja negara tersebut.
Menteri Ekonomi Rusia Anton Siluanov mengatakan parlemen Rusia telah gagal memprediksi harga minyak dalam asumsi makro yang ditetapkannya. Presiden Rusia Vladimir Putin meminta Siluanov melakukan antisipasi yang diperlukan. (Reuters/Yuri Kochetkov)
Jakarta, CNN Indonesia -- Menteri Ekonomi Rusia Anton Siluanov mengatakan parlemen Rusia telah gagal memprediksi harga minyak dalam asumsi makro yang ditetapkannya. Anggaran negara sepanjang 2014 menggunakan asumsi harga minyak US$ 104 per barel. Sementara ketika mengajukan rancangan anggaran untuk 2015, asumsi harga minyak yang digunakan adalah US$ 100 perbarel.

Padahal yang terjadi di lapangan, minyak mentah terus mengalami penurunan harga akibat rendahnya permintaan dan tingginya stok. Pekan ini minyak mentah diperdagangkan sekitar US$ 80 per barel. Selisih tersebut bahkan bisa lebih lebar lagi karena lembaga keuangan besar seperti Goldman Sachs memperkirakan harga minyak dunia bisa menyentuh harga terendah US$ 70 per barel mulai bulan depan.

Selisih harga yang sangat jauh tersebut membuat Presiden Rusia Vladimir Putin meminta Siluanov melakukan antisipasi yang diperlukan. Sebab, lebih dari separuh penerimaan negaranya yang total berjumlah US$ 195 miliar berasal dari penjualan minyak dan gas.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Kondisi ini adalah realitas ekonomi yang harus kami hadapi," ujar Siluanov dikutip dari CNN Money, Rabu (29/10).

Untuk menambal bolongnya anggaran negara akibat penerimaan dari penjualan minyak yang tidak sesuai perkiraan, Siluanov mengaku akan memotong pengeluaran negara sebesar 10 persen.

"Dalam kondisi ekonomi yang sulit ini, anggaran negara kita tidak bisa membiayai pengeluaran yang sudah direncanakan," ujar Sulianov di hadapan parlemen.

Masalah keterbatasan anggaran negara ini semakin mempersulit perekonomian Rusia setelah sebelumnya negara-negara lain mengenakan sanksi perdagangan akibat kasus konflik Ukraina. Bank sentral Rusia melaporkan telah terjadi capital outflow sebesar US$ 85 miliar sejak awal krisis Ukraina berlangsung. Kondisi semakin memburuk setelah nilai tukar mata uang Rusia, rubel terus melemah terhadap dolar dan euro.

Bank Dunia bahkan telah memotong perkiraan pertumbuhan ekonomi Rusia menjadi hanya 0,5 persen di 2014 dan 0,3 persen di 2015.

Menarik untuk ditunggu apakah posisi Vladimir Putin sebagai Perdana Menteri akan diusik oleh lawan politiknya karena dinilai gagal mengurus ekonomi negara.
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER