Jakarta, CNN Indonesia -- Pemerintah sudah menegaskan akan menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi sebelum Januari 2015. Artinya dalam hitungan bulan, akan ada beberapa sentimen terhadap sektor saham yang terimbas kenaikan harga BBM bersubsidi ini.
Joseph Pangaribuan, Analis Samuel Sekuritas berbagi beberapa strategi investasi saham jangka pendek yang bisa dilakukan menjelang naiknya harga BBM.
Saham golongan
underweight atau disarankan untuk dijual antara lain:
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sektor Konsumsi berpotensi terkena dampak negatif dari kenaikan harga BBM akibat penurunan daya beli masyarakat. Dampak langsung pada marjin relatif minim karena biaya distribusi hanya sekitar 2 persen dari penjualan. Namun pelemahan daya beli akan menyulitkan perusahaan untuk mem-
pass through kenaikan biaya (terutama akibat dampak depresiasi rupiah) menjadi harga jual produk kepada konsumen.
Sektor Properti dan Real Estate juga disarankan untuk dijual. Sebab akan ada potensi perlambatan permintaan properti akibat penurunan daya beli masyarakat. Naiknya inflasi dan suku bunga akibat kenaikan harga BBM, akan semakin menekan daya beli masyarakat.
Sektor Perdagangan Ritel berpotensi terkena dampak negatif dari kenaikan harga BBM akibat penurunan temporer daya beli masyarakat terutama untuk kebutuhan non-pimer. Alasan kedua melepas saham sektor perdagangan ritel, sebab emiten sektor ini akan mendapat tekanan margin akibat kenaikan signifikan upah minimum yang secara historis terjadi di tahun dimana harga BBM bersubsidi dinaikkan.
“Beban gaji karyawan berkisar antara 10-14 persen dari penjualan perusahaan ritel,” kata Joseph dalam risetnya yang diterima CNN Indonesia, Kamis (30/10).
Sementara saham yang wajib dikoleksi jelang naiknya harga BBM atau golongan
overweight antara lain:
Sektor Properti Industrial Estate dinilai menarik dikoleksi karena didukung oleh beberapa sentimen positif ke sektor ini. Pertama, akan ada alokasi dari anggaran BBM ke infrastuktur. Kemudian yang kedua, Presiden Joko Widodo telah mendesak penerapan percepatan izin direct investment ke BKPM. Ketiga, realisasi investasi yang sempat mengalami koreksi karena menunggu pemilu dan politik diperkirakan akan dilanjutkan investor setelah situasi politik tersebut mereda. Beberapa saham yang bisa dipertimbangkan antara lain PT Kawasan Industri Jababeka Tbk (KIJA) dan PT Surya Semesta Internusa Tbk (SSIA).
Sektor Konstruksi statusnya juga positif, investor bisa mengakumulasi saham ini karena akan terdapat alokasi dari anggaran BBM ke infrastruktur. Diterapkannya Undang-Undang Pembebasan Lahan mulai Januari 2015 juga diperkirakan akan membantu sektor infrastruktur berkembang pesat sebab selama ini pembebasan lahan menjadi masalah pembangunan infrastruktur. Salah satu saham yang menarik di sektor ini yakni PT Adhi Karya Tbk (ADHI).
Sektor Keuangan juga tergolong saham yang layak dibeli. Sebab perbankan atau sektor keuangan akan diuntungkan dalam jangka panjang karena ada perbaikan ekonomi.
"Selain itu
proxy daripada
liquidity sektor keuangan memiliki kapitalisasi pasar yang besar.
Price to book value (PBV) sektor ini juga masih jauh di bawah standar deviasi +1. Sementara kenaikan suku bunga BI rate akan dapat dikompensasi dengan cara mengkaji ulang suku bunga kredit dan kenaikan bunga
secondary reserve," ujar Joseph.
Beberapa saham yang menjadi catatan antara lain PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), PT Bank Mandiri Tbk (BMRI), dan PT Bank Rakyat Indonesia TBk (BBRI).