INDUSTRI LOGISTIK

Pengusaha Logistik Berharap Berkah Ekspor

CNN Indonesia
Kamis, 13 Nov 2014 10:29 WIB
Perlindungan yang diberikan pemerintah terhadap PT Pos Indonesia (Persero) dinilai hanya menghambat investasi di sektor logistik dan merugikan Indonesia.
Aktivitas bongkar muat peti kemas, di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara. (CNN Indonesia/Adhi Wicaksono)
Jakarta, CNN Indonesia -- Target Menteri Perdagangan Rahmat Gobel meningkatkan ekspor Indonesia sebesar 300 persen selama lima tahun mendatang dinilai pelaku industri logistik sebagai potensi yang harus digarap. Namun untuk dapat mengoptimalkan potensi tersebut, pengusaha butuh bantuan pemerintah untuk memperbaiki regulasi dan infrastruktur yang menghambat.

Johari Zein, Direktur Utama PT Tiki Jalur Nugraha Ekakurir yang mengelola JNE Logistik menuturkan dunia tahu betul Indonesia akan menjadi pasar yang besar baik untuk ekspor maupun impor. Industri logistik yang bergerak seirama dengan pertumbuhan perdagangan tersebut telah menjadi bisnis yang menggiurkan.

"Banyak investor berminat masuk Indonesia, tapi investor asing masih harus berhati-hati dalam menerobos pasar logistik Indonesia," ujar Johari pada seminar 'Menyingkap Potensi Logistik Indonesia' di Jakarta, Kamis (13/11).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menurutnya, salah satu yang harus menjadi perhatian investor adalah Undang-Undang Nomor 38 tahun 2008 tentang Pos yang membatasi fasilitas terhadap perusahaan asing sebagai operator logistik. "Sementara pilihan bagi investor domestik ternyata tidak terlalu menarik karena hanya sebagai partner PT Pos Indonesia saja," jelasnya.

Johari menilai wajar jika setiap negara melindungi perusahaan milik pemerintah. Namun, untuk industri logistik yang sangat luas segmennya maka regulator harus memahami apa yang dibutuhkan pelaku usaha. "Saat ini aturan pemerintah belum secara utuh mengakomodir," katanya.

Dari sisi infrastruktur, Johari menyoroti bottleneck yang menghambat kelancaran jalur distribusi. Menurutnya, perlu dicari solusi terkait alat transportasi, jalan, jembatan, pelabuhan, dan bandara. "Untuk itu dapat diciptakan alternatif angkutan kargo udara, dan tidak bisa hanya mengandalkan semata pada angkutan penyebrangan saja," kata Johari.

Sebelumnya Vice President Garuda Indonesia Cargo Rajendra Kartawiria mengatakan unit bisnis PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA) yang dipimpinnya tersebut berhasil memperoleh pendapatan sebelum audit sebesar US$ 170 juta dari angkutan kargo sampai September 2014. Angka tersebut naik 18,83 persen dibandingkan realisasi pendapatan kargo pada periode yang sama tahun lalu sebesar US$ 143,06 juta.

Rajendra menjelaskan kenaikan pendapatan sejalan dengan bertambahnya volume kargo yang diangkut karena frekuensi penerbangan dan unit pesawat Garuda yang bertambah. Sampai Juni 2014, Garuda mengoperasikan 95 pesawat berbadan sedang dan 25 pesawat berbadan lebar. Sementara pada periode yang sama tahun lalu Garuda operasikan 81 pesawat berbadan sedang dan 21 pesawat berbadan lebar.

"Sampai saat ini Garuda belum mengoperasikan freighter (pesawat angkut) khusus untuk melayani kargo, jadi masih mengandalkan belly atau lambung pesawat penumpang. Semakin banyak frekuensi penerbangan, tentu  volume akan naik," kata Rajendra.

Namun tidak cukup dengan mengandalkan pesawat yang terus bertambah, Rajendra memastikan Garuda juga meningkatkan layanan kepada pelanggan yang hendak mengirimkan barangnya. Dia mencontohkan, Garuda melakukan jemput bola pengiriman barang dari pelanggan menuju kota tujuan.

Rajendra menyebut rata-rata dalam satu tahun Garuda menerbangkan 300 ribu-350 ribu ton barang dengan komposisi 50 persen untuk rute domestik dan 50 persen menuju rute internasional seperti Jepang, China, dan Korea Selatan.

LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER