PROYEK PEMBANGKIT

Adaro dan China Shenhua Bangun Pembangkit 600 MW di Kaltim

CNN Indonesia
Selasa, 25 Nov 2014 11:04 WIB
Penandatanganan MoU tersebut merupakan tindaklanjut Indonesia China Trade, Investment, and Economic Forum pada 7-11 November 2014.
(REUTERS/Bogdan Cristel)
Jakarta, CNN Indonesia -- PT Adaro Energy Tbk dan China Shenhua Overseas Development and Investment Co telah menandatangani Memorandom of Understanding (MoU) untuk membangun pembangkit listrik bertenaga batubara di Kalimantan Timur. Pembangunan pembangkit berkapasitas 2x300 Megawatt (MW) akan dikerjakan oleh anak usaha Adaro, PT Bhakti Energi Persada dan setelah beroperasi nanti akan memasok listrik untuk jaringan yang dimiliki oleh PT PLN (Persero).

Presiden Direktur Adaro Energy Garibaldi Thohir menjelaskan komposisi kepemilikan di proyek tersebut 51 persen dimiliki China Shenhua dan 49 persen sisanya oleh Adaro. Proyek tersebut akan dibiayai dengan skema project financing, dimana sebagian besar dari total investasi proyek akan dibiayai dengan non-recourse project debt financing sesuai dengan kesepakatan antar pihak.

“Listrik dari pembangkit tersebut nantinya akan dipasok ke transmisi terintegrasi jaringan milik PLN, dari Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan, sampai ke Kalimantan Tengah,” ujar Garibaldi dikutip dari siaran pers, Selasa (25/11).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Penandatanganan MoU tersebut merupakan tindaklanjut dari diadakannya Indonesia China Trade, Investment, and Economic Forum yang diselenggarakan pleh Kamar Dagang dan Industri Indonesia pada pertemuan APEC di Beijing pada 7-11 November yang lalu.

Sebelum mulai membangun pembangkit di dekat tambang batubara miliknya, Adaro akan memulai penambangan batubara berkalori rendah sebagai sumber energi pembangkit tersebut.

“Adaro akan berkontribusi untuk menghasilkan listrik berkualitas tinggi dan terjangkau di Kalimantan. Kami akan menciptakan nilai maksimum dari batubara Indonesia, termasuk mendorong pembangunan ekonomi di Kalimantan,” ujar Garibaldi.

Sebelumnya, Presiden Direktur PT Adaro Power Mohammad Effendi menjelaskan perseroan berencana membangun pembangkit listrik dengan kapasitas 20 ribu MW selama 20 tahun ke depan, atau 1.000 MW per tahun.

"Seperti yang pemerintah katakan, mereka memerlukan tambahan kapasitas listrik sebanyak 4 ribu hingga 5 ribu MW setiap tahun. Apabila dibebankan semua ke PT PLN (Persero) mereka tidak mampu. Untungnya dari proyek 35 ribu MW itu sebanyak 20 ribu MW digarap dengan Independent Power Producer (IPP), sehingga kita bisa masuk,” kata Effendi.

Meskipun memasang target dapat membangun 20 ribu MW pembangkit dalam 20 tahun ke depan, Effendi menyatakan sudah puas apabila realisasi kapasitas hanya mencapai 40 persen saja. Karena menurutnya investasi di bidang pembangkit listrik cukup mahal dengan Internal Rate of Return (IRR) yang tidak tinggi namun nilainya konstan antar tahun, yaitu dikisaran 10-15 persen.

Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional Andrinof Chaniago memastikan pemerintah membutuhkan investasi perusahaan swasta nasional maupun asing untuk berpartisi membangun pembangkit dalam lima tahun ke depan. Andrinof menyebut pemerintah membutuhkan dana sebesar Rp 980 triliun untuk membangun pembangkit 35 ribu MW selama lima tahun ke depan. Sementara kemampuan APBN hanya mampu menutupi Rp 100 triliun dan kas PLN hanya mampu menutupi sekitar Rp 250 triliun saja. Sehingga masih butuh sekitar Rp 630 triliun untuk membangun seluruhnya.
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER