Jakarta, CNN Indonesia -- Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk pada 13 November lalu, meminta manajemen perseroan melakukan sejumlah langkah yang diperlukan untuk dapat mengurangi kerugian yang diderita sampai September 2014 sebesar US$ 219,54 juta atau sekitar Rp 2,65 triliun.
Salah satu instruksi para pemegang saham adalah menutup atau mengurangi frekuensi penerbangan pada rute yang tidak menguntungkan dan memperkuat layanan penerbangan domestik.
Ikhsan Rosan, Senior Manager Communications Garuda Indonesia menjelaskan perseroan telah menutup dua rute internasional yang tidak memberikan keuntungan yaitu Jakarta-Taipei dan Jakarta-Abu Dhabi. Untuk rute terakhir tersebut, Garuda hanya melayani penjualan tiket sementara yang menerbangkan penumpangnya adalah Etihad Airways sesuai dengan kerjasama
code share yang dimiliki kedua perusahaan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
“Sementara untuk rute domestik, kami memperkuat layanan dengan banyak membuka penerbangan ke Indonesia bagian Timur,” ujar Ikhsan ketika dihubungi, Selasa (25/11) malam.
Ikhsan mencatat sampai November ini, Garuda sudah membuka 26 rute penerbangan domestik baru. Diantaranya Denpasar-Dili, Balikpapan-Palangkaraya-Pontianak-Putusibau, Makassar-Kolaka, Surabaya-Jember, dan Manado-Sorong-Jayapura. Dia menjelaskan, sebagian besar rute yang dibuka tahun ini dilayani dengan pesawat berbadan kecil Bombardier CRJ-1000 dan ATR 72-600.
“Mulai 1 Desember besok, Garuda akan meluncurkan tiga rute domestik lagi yaitu Ambon-Langgur, Ambon-Ternate, dan Ambon-Saumlaki,” kata Ikhsan.
Pemegang saham juga telah meminta Garuda membatalkan rencana membuka rute penerbangan internasional ke Manila, Filipina dan Mumbai, India di tengah kondisi perseroan yang sedang sulit. “Garuda akan banyak melayani penerbangan internasional dengan membuat kerjasama
code share dengan maskapai lain,” kata Ikhsan.
Erik Meijer, Direktur Pemasaran dan Penjualan Garuda menjelaskan kerjasama
code share dengan membantu penjualan tiket yang penerbangannya dilayani maskapai asing diyakini dapat meningkatkan untung kurs perseroan pada kuartal IV 2014.
“Garuda memiliki pendapatan dari mata uang rupiah untuk penerbangan domestik dan dolar Amerika Serikat untuk internasional. Rupiah sedang terdepresiasi seperti sekarang, untuk itu kita optimalkan pendapatan dari penerbangan internasional agar untung,” kata Erik.
Salah satu kerjasama
code share yang baru dibuat Garuda adalah dengan Myanmar Airways International. Melalui kerjasama tersebut, Garuda akan menempatkan nomor penerbangannya pada penerbangan Myanmar Airways International pada rute Bangkok–Yagon dan Singapura-Yagon.
Sebaliknya Myanmar Airways menempatkan nomor penerbangannya pada penerbangan Garuda untuk rute Jakarta–Bangkok dan Jakarta–Singapura.
International Managing Director Myanmar Airways Shi Thu mengungkapkan potensi pasar untuk rute ini adalah 55 ribu penumpang yang bepergian antara Indonesia dan Myanmar, baik untuk bisnis maupun pariwisata.
Kerjasama
code share tersebut masih menunggu persetujuan dari pemerintah dan diharapkan dapat terlaksana pada Desember 2014.