INDUSTRI SAWIT

Jeritan Petani Sawit, Operasional Naik Harga Jual Turun

CNN Indonesia
Kamis, 27 Nov 2014 12:17 WIB
Harga tandan buah segar kelapa sawit di Riau cenderung melandai setelah sempat menguat setelah kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi.
Kecenderungan harga tandan buah segar kelapa sawit di Riau kembali melandai setelah sempat menguat pasca-kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi. (REUTERS/Roni Bintang)
Bandung, CNN Indonesia -- Harga tandan buah segar (TBS) kelapa sawit umur 10 tahun di Riau kembali turun menjadi Rp 1.681 per kilogram, setelah sempat menembus harga Rp 1.708 per kilogram setelah kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi. Asosiasi Petani Kelapa Sawit Perusahaan Inti Rakyat (Aspekpir) menyebutkan koreksi harga lebih banyak terjadi karena biaya operasional yang meningkat.

"Dulu sebelum BBM naik harga tandan buah segar Rp 1.500 per kilogram, lalu jadi Rp 1.780 minggu lalu. Minggu ini turun menjadi Rp 1.681 dan minggu depan bisa turun lagi," kata Ketua Aspekpir Riau Setiyono di sela acara Konferensi Sawit Internasional (IPOC) 2015 di Bandung, Kamis (27/11).

Menurut Setiyono, kebijakan pemerintah menaikkan harga BBM bersubsidi mengakibatkan biaya transportasi industri sawit di Riau naik sekitar 15 persen dari sebelumnya. Tidak hanya itu, biaya operasional untuk membeli pupuk serta memanen sawit juga ikut terdongkrak.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Biaya operasional saat ini sekitar Rp 600 sampai Rp 800 per kilogram. Karenanya, operasional sedang kita tekan karena ini harga terendah," katanya.

Setiyono merinci selama ini komposisi biaya angkutan terhadap harga jual kelapa sawit sebesar Rp 100 per kilogram. Sementara itu, ongkos untuk memanen kelapa sawit per kilogram sebesar Rp 100. "Sedangkan untuk biaya pupuk Rp 400- Rp 600 per kilogram. Itu masih bisa naik lagi sekarang," katanya.

Kendati biaya operasional meningkat, Setiyono mengatakan industri sawit belum berani menaikkan harga jual TBS kelapa sawit karena dari sisi permintaan belum ada peningkatan.

"Kita lihat dulu saja. Dulu sebelum tahun 2000-an, waktu tahun baru dan lebaran harga TBS pasti naik, sekarang malah kadang turun karena dulu masih sedikit lahan sawit," katanya.

Setiyono mengatakan kelangsungan usaha petani sawit semakin berkurang seiring dengan dominasi perusahaan sawit yang semakin besar. Saat ini, katanya, luas lahan perkebunan sawit di Riau mencapai 2,4 juta hektare, di mana sekitar 1 juta hektare dikuasai oleh perusahaan swasta.  "Petani ini kan jadi tameng perusahaan melawan para LSM. Seharusnya lebih sejahtera lagi dong," katanya.

LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER