Jakarta, CNN Indonesia -- Pemerintah melalui Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) belum akan menurunkan harga jual bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi dalam waktu dekat meskipun harga minyak dunia mengalami tren penurunan. Kebijakan penyesuaian harga BBM bersubsidi kemungkinan besar baru akan dilakukan pada tahun depan.
"Kementerian ESDM sedang melihat. Kementerian Keuangan lebih melihat dari segi bujet. Paling gampang kita
address di 2015," ujar Menteri Keuangan Bambang P.S. Brodjonegoro di Kantor Direktorat Jenderal Pajak, Senin (1/12).
Bambang menjelaskan posisi harga minyak dunia yang turun belakang ini merupakan harga untuk pengiriman minyak tiga atau empat bulan ke depan. "Pokoknya nanti kita buat sistemnya dulu. Saya perlu pikirkan dulu dengan Menteri ESDM," kata Bambang.
Pada kesempatan terpisah, Naryanto Wagimin, Pelaksana Tugas Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi (Migas), mengatakan harga minyak mentah yang mengalami penurunan saat ini merupakan harga di pasar internasional, bukan harga minyak mentah Indonesia (ICP). "Kalau lihat (trennya) tidak mungkin harga BBM dirurunkan tahun ini," ujarnya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Naryanto menerangkan putusan Pemerintah untuk tidak menurunkan harga BBM juga didasari masih tingginya harga rata-rata ICP 2014 yang berada di kisaran US$ 102 per barel. Meskipun harga minyak di
chart West Texas Intermediate (WTI) untuk kontrak Desember 2014 berada di kisaran US$ 66,15 per barel, sementara indeks harga minyak Brent menempatkan harga minyak di angka US$ 70,45 per barel.
"Kalau tahun depan (ada kemungkinan) karena menurut versi SKK Migas, ICP berada di US$ 80 per barel. Sedangkan menurut Kementerian Keuangan di angka US$ 85 per barel. Hal ini akan kami bicarakan Rabu besok," tuturnya.
Sementara itu Kepala Badan Pengatur Hilir Minyak dan gas Bumi (BPH Migas) Andi N. Sommeng mengatakan rata-rata ICP November ini berada di angka US$ 92 per barel. Dengan masih tingginya harga ICP, kata Andi, kemungkinan kecil pemerintah akan menurunkan harga minyak bersubsidi.
"Kita jangan cepat
shock, harga minyak di bulan ini anjlok terus tiba-tiba mengambil keputusan lagi. Bisa bahaya. Saya pastikan harga keekonomian itu masih diatas harga subsidi," tegas Andi.