Jakarta, CNN Indonesia -- Pemerintah mengisyaratkan obligasi berdenominasi dolar Amerika Serikat (AS) atau global
bond terbit pada Januari 2015. Percepatan penarikan utang dilakukan sebagai antisipasi risiko pengetatan likuiditas akibat kebijakan normalisasi suku bunga bank sentral AS yang diprediksi terjadi pada pertengahan tahun depan.
"Kalau Januari bisa, ya (terbit) Januari," ujar Direktur Pengelolaan Utang Robert Pakpahan kepada CNN Indonesia, Rabu (3/12)
Menurut Robert, strategi menggenjot penarikan utang di awal tahun atau
front loading strategy masih akan dilakukan pada tahun depan, terutama untuk penerbitan obligasi valuta asing. Sayangnya, Robert enggan menyebutkan berapa target pembiayaan yang akan diserap dari penerbitan global
bond nanti.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Belum tahu berapa. Pokoknya kita masih susun strategi untuk mengantisispasi The Fed yang mau normalisasi. Kemungkinan kita akan
front loading dan bagaimana caranya nanti kita finalkan," tuturnya.
Sebelumnya, Direktur Strategi dan Portofolio Utang Kementerian Keuangan Scenaider Siahaan menyebutkan selain global
bond, ada dua varian lain obligasi valas yang diupayakan terbit pada kurtal I 2015 yakni obligasi yen (samurai
bond) dan obligasi euro (euro
bond).
Target penerbitan ketiga obligasi valas tersebut sekitar Rp 86 triliun atau sebesar 20 persen dari total rencana penerbitan surat berharga negara (SBN) yang sebesar Rp 430 triliun.
"Kalau pasar global
bond tidak memungkinkan, bisa kita masukkan obligasi yen atau euro
bond. Syukur-syukur ketiganya bisa masuk kuartal I," katanya belum lama ini.
Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang (DJPU) mencatat total obligasi negara yang diperdagangkan per 1 Desember 2014 mencapai Rp 1.220,9 triliun. Mayoritas surat utang negara tersebut dimiliki olah investor asing, yakni senilai Rp 482,2 triliun atau 39,5 persen. Porsi kepemilikan obligasi negara oleh asing terus meningkat setiap bulannya, di mana dalam 11 bulan terakhir meningkat Rp 158,86 triliun.