INDUSTRI MIGAS

2019, Indonesia Terancam Jadi Importir Minyak Terbanyak

CNN Indonesia
Selasa, 09 Des 2014 15:50 WIB
Insentif pajak akan membantu perusahaan minyak dalam menjalankan kegiatan eksplorasi dan produksi di tengah harga jual minyak dunia yang tengah lesu.
Petugas produki (kiri) menjelaskan kepada wartawan tentang proses produksi di anjungan proses produksi Lapangan Handil PT Total E&P Indonesia, di kawasan Blok Mahakam, Kalimantan Timur. Kamis (13/11). Lapangan Handil beroperasi sejak tahun 1975 dan hingga kini telah berproduksi 900 juta barel. (ANTARA FOTO/Hermanus Prihatna)
Jakarta, CNN Indonesia -- Indonesian Petroleum Association (IPA) meminta Pemerintahan Joko Widodo (Jokowi) untuk melakukan terobosan dalam meningkatkan kegiatan hulu minyak dan gas bumi (migas) Indonesia mulai tahun depan. Jika pemerintah gagal merangsang pengusaha agar mau meningkatkan kegiatan eksplorasi dan produksi migas, maka pada 2019 dikhawatirkan Indonesia akan menjadi negara pengimpor minyak terbanyak di dunia.

“Saat ini banyak lapangan minyak di Indonesia yang mengalami penurunan produksi, sementara permintaan bahan bakar terus meningkat. Kalau pemerintah tidak memberikan insentif baru untuk mempercepat kegiatan eksplorasi, maka pada 2019 Indonesia akan menjadi negara pengimpor minyak terbanyak," ujar Craig Stewart, Presiden IPA yang baru menggantikan Lukman Mahfoedz di Jakarta, Selasa (9/12).

Insentif tersebut menurut Stewart akan membantu kontraktor kontrak kerjasama dalam menjalankan kegiatan eksplorasi dan produksi di tengah harga jual minyak dunia yang tengah lesu.

“Produksi minyak terus turun karena minimnya temuan cadangan terbukti lapangan minyak di Indonesia dalam beberapa tahun terakhir. Insentif fiskal yang menarik dan kemudahan perizinan tentu akan mendorong kinerja perusahaan migas,” jelas Stewart.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Direktur Salamander Energy Pte untuk Indonesia tersebut juga meminta anggotanya untuk meningkatkan partisipasi dalam kegiatan eksplorasi dan pengembangan lapangan untuk menjaga produksi minyak Indonesia.

"Kita tahu angka penemuan minyak Indonesia itu lebih rendah dibandingkan jumlah produksinya. Oleh karenanya IPA siap menjadi mitra Pemerintah dalam rangka meningkatkan produksi serta cadangan," tuturnya.

Ganti Sturuktur

Selain menetapkan Craig Stewart sebagai Presiden yang baru, rapat anggota IPA juga telah menetapkan struktur baru asosiasi perusahaan migas yang beroperasi di Indonesia tersebut. Mereka adalah:

President Craig Stewart, Salamander Energy Pte

Director:

1. Herry Wibiksana, AWE (North Madura) NZ Ltd.

2. Christina Verchere, BP Asia Pacific

3. Charles Taylor, Chevron Indonesia Company

4. Erec Isaacson, ConocoPhillips Indonesia

5. Sammy Hamzah, Ephindo Energy Pte

6. Jon M. Gibbs, ExxonMobil Oil Indonesia Inc.

7. Shunichiro Sugaya, Inpex Corporation

8. Lukman Mahfoedz, Medco Energi Internasional

9. Roberto Lorato, Premier Oil Indonesia

10. Tenny Wibowo, PT Pertamina (Persero)

11. Marjolijn Wajong, Santos (Sampang) Pte

12. Hardy Pramono, Total E&P Indonesie

“Dewan Direksi IPA untuk 2015 akan mulai bertugas per 10 Desember 2014. Tugas mereka ialah mendorong kemajuan pengembangan industri hulu migas Indonesia bersama para pemangku kepentingan utama lainnya,” ujar Direktur Eksekutif IPA Dipnala Tanzil.
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER