Jakarta, CNN Indonesia -- Pemerintah mempertimbangkan untuk menarik pinjaman siaga dari Bank Dunia dan/atau menggunakan saldo anggaran lebih (SAL) untuk menutup defisit anggaran yang diperkirakan melampaui target APBNP 2014.
"Itu cuma untuk jaga-jaga kalau memang defisit lewat," jelas Menteri Keuangan Bambang P.S. Brodjonegoro kepada CNN Indonesia, Senin (15/12).
Dalam APBNP 2014, defisit fiskal ditetapkan sebesar Rp 241,49 triliun atau 2,4 persen dari produk domestik bruto (PDB). Bambang menegaskan sejauh ini realisasinya belum melampaui target defisit tersebut. "(Defisit) belum (melampaui target)," ujarnya singkat.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan No. 217/PMK.05/2014 tertanggal 5 Desember 2014, Bambang menjelaskan perkiraan defisit dilakukan oleh Komite Asset-Liability Management (ALM) Kementerian Keuangan dengan mempertimbangkan proyeksi perkembangan asumsi ekonomi makro, pendapatan dan belanja negara, serta pembiayaan anggaran.
Berdasarkan perhitungan Komite ALM tersebut Menkeu menetapkan besaran defisit dan pembiayaan yang melampaui target APBNP 2014 dengan menerbitkan Keputusan Menteri Keuangan (KMK).
"Dalam hal besaran perkiraan defisit melampaui target defisit APBN tahun anggaran 2014, perkiraan tambahan Defisit tersebut dibiayai dengan menggunakan tambahan pembiayaan yang bersumber dari dana SAL,
penarikan pinjaman siaga dan/atau penerbitan SBN (surat berharga negara)," tulis Menkeu dalam beleid tersebut.
Apabila SAL yang digunakan, Bambang mengatakan Direktur Jenderal Perbendaharaan Marwanto Harjowiryono akan melakukan pemindahbukuan dana SAL dari rekening kas SAL ke rekening kas umum negara dalam rupiah. Namun, jika pinjaman siaga yang dipilih, maka menjadi kewenangan Direktur Jenderal Pengelolaan Utang Robert Pakpahan untuk menariknya dari lembaga debitur.
"Pinjaman Siaga adalah pinjaman yang berasal dari lembaga multilateral dan bilateral, antara lain World Bank dan Asian Development Bank (ADB)," jelas Menkeu.
Komitmen pinjaman siaga dari Bank Dunia dalam kerangka
Program For Economic Resilience, Investment and Social Assisstance in Indonesia (PERISAI). Sedangkan yang dijanjikan ADB berupa
Precautionary Financing Facility atau
Countercyclical Support Facility.Sebagai informasi, sampai saat ini pemerintah telah mengantongi komitmen pinjaman siaga (
standby loan) sebesar US$ 5 miliar atau setara dengan Rp 63,26 triliun (asumsi kurs Rp 12.643 per dolar AS). Komitmen tersebut diberikan oleh Bank Dunia sebesar US$ 2 miliar, Pemerintah Australia US$ 1 miliar, Japan Bank for International Cooperation (JBIC) US$ 1,5 miliar, dan ADB US$ 500 juta.