KINERJA EMITEN

Investor Tunggu Gebrakan Direksi Baru Garuda Indonesia

CNN Indonesia
Selasa, 16 Des 2014 09:48 WIB
Saham PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA) dibuka pada harga Rp 575 per saham pada perdagangan Selasa (16/12), turun 4,96 persen dibandingkan penutupan Jumat (12/12).
Saham PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA) dibuka pada harga Rp 575 pada perdagangan Selasa (16/12), turun 4,96 persen dibandingkan penutupan Jumat (12/12).(REUTERS/Beawiharta)
Jakarta, CNN Indonesia -- Paska pergantian direksi, harga saham PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA) dibuka pada harga Rp 575 per saham pada perdagangan Selasa (16/12), sama dengan penutupan perdagangan kemarin yang turun 4,96 persen dibandingkan penutupan perdagangan Jumat pekan lalu.

Kepala Riset Woori Korindo Securities Indonesia (WKSI) Reza Priyambada mengatakan ​sebagian pelaku pasar melihat pergantian direksi Garuda memiliki efek yang cukup negatif.

“Apalagi ketika ditinggal Emirsyah Satar, Garuda Indonesia meninggalkan kerugian dan utang yang cukup besar,” ujarnya ketika dihubungi, Senin (15/12) malam.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dalam periode Januari-September 2014, Garuda tercatat mengalami kerugian lebih dari US$ 219 juta atau sekitar Rp 2,67 triliun akibat bengkaknya biaya bahan bakar dan sewa pesawat. Sementara, liabilitas jangka pendek Garuda mencapai US$ 1,03 miliar.

Garuda dinilai mengalami kerugian yang besar akibat naiknya harga avtur di akhir tahun lalu hingga semester pertama tahun ini serta melakukan langkah agresif ekspansi pesawat. Sampai akhir September 2014, jumlah pesawat yang dioperasikan Garuda mencapai 160 unit dengan rata-rata pertumbuhan pesawat per tahun 22,5 persen dalam tiga tahun terakhir ini.

“Selain itu, untuk saat ini pelemahan rupiah juga berimbas negatif karena pendapatan Garuda dalam rupiah meski biaya beban dihitung dalam dolar Amerika Serikat. Jadi ketika biaya ini dikonversi ke rupiah, nilainya akan semakin meningkat,” ujar Reza.

Biaya bahan bakar memang menjadi komponen beban terbesar yang dipikul Garuda. Sepanjang Januari-September 2014, kontribusi pembelian avtur meningkat 39 persen dari total biaya operasi Garuda.

Dia memproyeksikan kinerja Garuda bakal berfluktuasi. Meski harga minyak anjlok menurutnya perlu dicari tahu apakah pengadaan bahan bakar Garuda menggunakan kontrak dengan harga tetap atau tidak.

“Kalau tetap bagus, tapi kalau fleksibel bisa bahaya,” ujarnya.

Terobosan Direksi

Reza menilai sampai akhir tahun ini, kinerja Garuda tidak akan jauh berbeda. Menurutnya harus ada efisiensi dan peningkatan pendapatan dengan membuka rute baru. Perseroan juga harus menghindari melakukan kegiatan yang justru memboroskan keuangan.

"Investor masih tetap menanti terobosan baru dari Garuda.​ Jika sesuai keinginan pasar, maka saham Garuda bisa kembali naik," kata Reza.
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER