Jakarta, CNN Indonesia -- PT Pertamina (Persero) melalui unit usahanya Pertamina Aviation telah menurunkan harga jual bahan bakar pesawat atau avtur untuk periode penjualan 15-31 Desember 2014. Pantauan CNN Indonesia, penurunan harga juga terjadi di lima bandara besar yang dilayani Pertamina rata-rata sebesar 5,21 persen untuk pembelian avtur penerbangan domestik dan 5,81 persen untuk penerbangan internasional.
Sebagai contoh harga avtur yang dijual Pertamina di Bandara Soekarno-Hatta, Cengkareng mulai kemarin sampai akhir bulan ini tercatat Rp 8.978,42 per liter untuk penerbangan domestik atau turun 5,56 persen dibandingkan periode penjualan 1-14 Desember 2014 yaitu Rp 9.507,86 per liter.
Sementara setiap pesawat yang melayani penerbangan internasional harus menebus avtur dengan harga US$ 66,2 sen per liter, turun 6,09 persen dibandingkan harga periode dua minggu sebelumnya Rp 70,5 sen per liter.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Maskapai penerbangan sebagai pembeli avtur, seharusnya semringah dengan penurunan harga avtur yang memberi kontribusi terbesar bagi beban operasional perusahaan.
Namun ditengah pelemahan rupiah terhadap dolar Amerika Serikat, penurunan harga avtur menjadi tidak berarti karena maskapai penerbangan banyak menggunakan dolar dalam melakukan transaksi beban operasional. Selain untuk membeli avtur, pembelian suku cadang dan pembayaran sewa pesawat dilakukan dengan menggunakan dolar.
Menurut pantauan CNN Indonesia, pada 1 Desember 2014 dolar diperdagangkan dengan harga Rp 12.175. Sementara hari ini, dolar diperdagangkan dengan harga Rp 12.840, menguat 5,46 persen dibandingkan harga di awal bulan. Bahkan dolar sempat menyentuh Rp 13 ribu pada pukul 12.25 WIB tadi.
Salah satu maskapai publik yang mengkhawatirkan dampak pelemahan rupiah ini adalah PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA). Pujobroto, Vice President Corporate Communication Garuda Indonesia menjelaskan sebagian besar pendapatan perseroan dalam mata uang rupiah sementara biaya operasional mayoritas dibayarkan dalam dolar.
“Pelemahan rupiah berpengaruh terhadap biaya operasional. 70 persen biaya operasional kita dolar, salah satunya avtur, kalau normal (rupiah) maka beban perusahaan dari avtur 20-25 persen dari total biaya operasional. Tetapi kemarin dolar sempat tinggi itu bebannya bisa 40-50 persen,” ujar Pujobroto, dikutip dari detikFinance, Selasa (16/12).
Menurut Pujobroto, tren harga avtur yang menurun seharusnya bisa menekan biaya operasional perseroan. Namun, dengan pelemahan rupiah yang begitu dalam akan membuat beban operasional perseroan ikut bertambah.
"Tapi dengan melemahnya rupiah maka tentu akan berpengaruh. Karena setiap pelemahan Rp 100, bagi Garuda akan jadi beban US$ 12,8 juta," jelas dia.
Untuk mengantisipasi hal tersebut, Garuda akan melakukan berbagai antisipasi untuk menekan kerugian. Salah satunya dengan memanfaatkan kerjasama code share dengan maskapai penerbangan lain. Selain itu, Pujobroto mengatakan perlu adanya penghematan cost driver untuk menekan biaya-biaya pengeluaran agar lebih efisien, serta melakukan refinancing agar keuangan lebih sehat.
"Tahun depan kalau pun tidak untung tapi bisa menekan kerugian, kita akan kerja keras," pungkasnya.
Berikut harga avtur yang dijual Pertamina di lima bandara besar Indonesia berlaku 15-31 Desember 2014
SOEKARNO-HATTA, CengkarengPenerbangan Domestik Rp 8.978,42 per liter (-5,56 persen)
Penerbangan Internasional US$ 66,2 sen per liter (-6,09 persen)
KUALANAMU, MedanPenerbangan Domestik Rp 9.728,46 per liter (-5,16 persen)
Penerbangan Internasional US$ 71,7 sen per liter (-5,78 persen)
HASANUDDIN, MakassarPenerbangan Domestik Rp 10.070,39 per liter (-4,89 persen)
Penerbangan Internasional US$ 74,2 sen per liter (-5,59 persen)
NGURAH RAI, DenpasarPenerbangan Domestik Rp 9.529,92 per liter (-5,15 persen)
Penerbangan Internasional US$ 70,2 sen per liter (-5,77 persen)
JUANDA, SurabayaPenerbangan Domestik Rp 9.386,53 per liter (-5,33 persen)
Penerbangan Internasional US$ 69,2 sen per liter (-5,85 persen)
Sumber: Pertamina Aviation