Jakarta, CNN Indonesia -- Pada perdagangan di pekan depan, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diperkirakan akan berada pada rentang support 5.100-5.150 dan resisten 5.196-5.215.
IHSG memiliki peluang untuk menguat, tetapi adanya keinginan untuk aksi ambil untung (
profit taking) dan kekhawatiran pelemahan rupiah dapat menghambat potensi kenaikan tersebut.
Head of Research Woori Korindo Securities Indonesia (WKSI) Reza Priyambada mengatakan pelemahan rupiah masih membayangi sentimen di pasar. “Tetap perlu dicermati sentimen-sentimen yang akan datang dan tetap mewaspadai potensi pembalikan arah serta batasi aksi-aksi spekulatif,” ujarnya dalam riset kemarin.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dia menilai, laju IHSG di awal pekan ini bergerak sejalan dengan perkiraannya. Meski berpeluang melanjutkan kenaikan, tetapi tidak didukung olah sentimen yang ada karena rupiah terdepresiasi dan bursa saham global melemah.
“Sehingga memungkinkan akan terjadinya pelemahan lanjutan seiring masih adanya potensi
profit taking. Bak serangan fajar, longsornya rupiah di awal minggu ini langsung menghantam IHSG hingga hampir terkapar di zona merah,” katanya.
Menurut Reza, aksi beli pun terkalahkan dengan aksi jual yang dinilai merupakan bentuk kekhawatiran dan kekecewaan terhadap melemahnya rupiah, meski menurut Bank Indonesia (BI) kondisi tersebut masih dianggap normal dan sesuai dengan fundamentalnya.
“Secara kebetulan, kami pun menilai jika pergerakan longsornya rupiah dianggap sesuai dengan fundamental Indonesia, maka dapat dipersepsikan bahwa perekonomian Indonesia memang terlihat sedang kurang baik dan cenderung parah,” kata Reza.
Apalagi, lanjutnya, beberapa waktu lalu sentimen negatif menghantui pasar dari keputusan kenaikan harga BBM hingga dipangkasnya proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia 2015 oleh Bank Dunia.
“Bahkan tidak jarang investor menganggap pelemahan rupiah memang dibiarkan oleh BI alih-alih untuk mengurangi impor, menaikkan ekspor, hingga memperbaiki defisit neraca transaksi berjalan Indonesia,” ujarnya.
Reza menilai pelaku pasar memilih untuk kembali melakukan aksi jual setelah melihat pelemahan rupiah yang seolah-olah tidak terbendung. Hampir seluruh sektor emiten mengalami pelemahan.
“Bagi kami melihat pergerakan dollar AS dan pasar komoditas yang terlalu ekstrim tidaklah menguntungkan emiten manapun,” katanya.