Jakarta, CNN Indonesia -- Gabungan pengusaha yang bergerak di industri tekstil menginginkan adanya pengurangan biaya listrik untuk mengurangi beban operasional menjelang diberlakukannya kesepakatan Masyarakat Ekonomi Asean tahun depan. Upaya untuk menekan harga jual tekstil di dalam negeri perlu dilakukan akibat kendala ekspor yang dihadapi pengusaha seperti tingginya bea masuk ke negara lain.
“Kami mengharapkan pemerintah dapat memberikan insentif kepada industri tekstil berupa diskon biaya listrik sebesar 40 persen untuk menjaga efisiensi biaya,” kata Ketua Asosiasi Pengusaha Tekstil Indonesia (API) Ade Sudrajat di Jakarta, Senin (22/12).
Ade berharap insentif ini dapat diberikan pada pabrik tekstil setiap pukul 23.00 hingga 06.00. Meskipun listrik tidak digunakan untuk berproduksi pada waktu-waktu tersebut, namun tenaga listrik masih digunakan untuk menunjang operasional perusahaan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut Ade jika pemerintah menyetujui permintaan insentif tersebut maka biaya produksi industri tekstil bisa ditekan sehingga dari sisi harga bisa berkompetisi di pasar global. Ade menjelaskan negara tujuan ekspor tekstil utama kini telah menghambat masuknya tekstil Indonesia akibat perjanjian ekonomi yang dibuat dengan negara lain.
"Biaya kita selain tidak efisien, juga ada perjanjian Trans Pacific Partnership (TPP) antara Amerika Serikat dan negara-negara lainnya seperti Vietnam. Kita bukan anggotanya, sehingga kalau kita ekspor ke Amerika Serikat dikenakan bea masuk sebesar 12 persen hingga 32 persen, sedangkan bea bagi negara-negara anggota yang memiliki perjanjian tersebut lebih rendah,” tambahnya.
Ade menyayangkan kondisi ekspor tekstil indonesia yang masih rendah dibandingkan negara lain. Pada tahun 2013, Indonesia hanya menyumbang US$ 12,7 milliar, atau sebesar 1,8 persen pangsa pasar dari potensi nilai tekstil dan garmen dunia yang mencapai US$ 711 miliar. Padahal menurutnya, potensinya bisa berkembang lebih banyak.
Selain masalah listrik, API juga menginginkan adanya kebijakan perdagangan yang lebih banyak tak hanya untuk ekspor-impor sektor industri ini, namun juga peningkatan serapan tenaga kerja. "Dengan adanya CEPA (Comprehensive Economic Partnership Agreement) dengan uni Eropa ini mampu men-drive satu juta orang selama lima tahun terakhir" jelas Ade.