Jakarta, CNN Indonesia -- Menteri Perdagangan Rahmat Gobel masih menyoroti rendahnya kualitas produk-produk asal Indonesia jelang diberlakukannya kesepakatan Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) pada 2015. Menurut Rahmat dengan kualitas mayoritas produk yang ada saat ini, pemerintah khawatir masyarakat akan lebih memilih membeli produk impor yang akan membanjiri Indonesia tahun depan setelah MEA diberlakukan.
“Saat ini masih banyak sekali barang yang beredar itu tidak memenuhi standar nasional yang berlaku di industrinya masing-masing. Dari segi keselamatan dan kesehatan konsumen yang membelinya bisa merugikan,” kata Rahmat di Gedung Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Jakarta, Senin (22/12).
Selain kualitas produk yang belum memenuhi standar keselamatan dan kesehatan nasional, Rahmat juga menyoroti masih tingginya komposisi produk primer belum diolah yang menjadi andalan ekspor para pengusaha nasional. Rahmat mencatat saat ini produk berbasis sumber daya alam masih menguasai 65 persen dari total produk ekspor Indonesia. Sementara hanya 35 persen sisanya merupakan produk hasil industri.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
“Dalam tiga sampai lima tahun ke depan, tugas pemerintah adalah bagaimana meningkatkan nilai tambah dari produk-produk pertanian dan pertambangan yang kita ekspor. Targetnya komposisi bisa dibalik menjadi 65 persen produk ekspor manufaktur dan 35 persen primer,” ujarnya.
Stabilitas Harga dan RupiahRahmat yang hari ini melaporkan jumlah kekayaan yang dimilikinya kepada KPK juga mengomentari perkembangan harga pangan jelang Natal dan Tahun Baru 2015 serta tingginya nilai tukar dolar terhadap rupiah yang terjadi.
“Stok pangan kita cukup, hanya cabai saja yang kekurangan pasokan akibat kekeringan. Pemerintah melalui Kementerian Pertanian akan memberikan bantuan kepada petani yang mengalami kerugian demi menjaga komitmen swasembada pangan,” jelas mantan bos Panasonic Group tersebut.
Terkait pelemahan rupiah, Rahmat optimistis tahun depan nilai tukar dolar akan mengalami penurunan. Dia mengatakan permintaan dolar awal tahun depan akan kembali landai seiring dengan berkurangnya permintaan dolar dari perusahaan-perusahaan yang biasanya menggunakan dolar di akhir tahun untuk membayar utang jatuh tempo, membayar dividen, dan sebagainya.