IMPOR BBM

Faisal Basri: Impor RON 88, Petral Gandeng Trafigura Pte Ltd

CNN Indonesia
Rabu, 24 Des 2014 10:46 WIB
Pertamina membeli bensin RON 92, mengolahnya di kilang blending di Malaysia bersama Trafigura menjadi RON 88 yang kemudian mengimpornya ke Indonesia.
Truk pengangkut BBM milik PT Pertamina (Persero). (REUTERS/Darren Whiteside)
Jakarta, CNN Indonesia -- Tim Reformasi Tata Kelola Migas atau dikenal dengan Tim Antimafia Migas mulai membuka sejumlah nama perusahaan yang digandeng PT Pertamina (Persero) dalam pengadaan minyak impor oleh anak usahanya yakni Pertamina Energy Trading Limited (Petral).

Dalam salah satu bill of lading atau dokumen penerimaan barang impor (minyak) tercatat, Pertamina memiliki kerjasama dengan perusahaan trader minyak asal Singapura yakni Trafigura Pte Ltd dalam pengadaan bensin RON 88. Fakta ini berseberangan dengan klaim Direktur Pemasaran Pertamina Ahmad Bambang yang mengatakan perseroan sudah tidak lagi mengimpor RON 88 sejak 2012 lalu.

"Disini (bill of lading) jelas tertulis Pertamina masih impor RON 88. Dan saya itu bicara pakai data," ujar Ketua Tim Reformasi Tata Kelola Migas Faisal Basri di Jakarta, Selasa (23/12) malam.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Selain kerjasama pengadaan bensin RON 88, Pertamina dan Trafigura juga memiliki kerjasama dalam pemanfaatan fasilitas kilang blending yang berada di Malaysia. Faisal menjelaskan minyak RON 92 yang dibeli dari pasar Singapura akan lebih dulu dicampur dengan nafta di fasilitas blending sehingga menghasilkan RON 88. Nantinya, produk RON 88 itulah yang diimpor ke Indonesia.

"Disini juga tertulis jumlah impor, spesifikasi minyak dan lain-lain secara detil. Dokumen ini asli dan berbahaya kalau dipalsukan," kata Faisal.

Mantan agen Trafigura Indonesia Yusri Usman menambahkan kerjasama Pertamina dan Trafigura di dalam pemanfaatan fasilitas kilang di Malaysia sendiri bersifat joint venture.

“Selain joint venture dengan Trafigura, (Pertamina) juga bekerjasama dengan SK Energi. Tapi bagi hasil dengan Trafigura lebih bagus yakni 50:50 sedangkan dengan SK Energy 50:40," ungkap Yusri.

Meski begitu Yusri bilang lantaran kurang menguntungkan, Pertamina diketahui sudah menghentikan kerjasamanya dengan SK Energy. "Katanya kalau dengan SK Energy dihentikan oleh Pak Nawazir sebagai Managing Director Petral Singapore," pungkasnya.
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER