Jakarta, CNN Indonesia -- Pemerintah mengalokasikan anggaran sebesar Rp 5 triliun dalam Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (RAPBNP) 2015 untuk cadangan risiko fiskal. Pelarian modal dan pelemahan rupiah menjadi risiko yang mungkin terjadi pada 2015 akibat normalisasi kebijakan moneter di Amerika Serikat.
"Cadangan risiko fiskal kami taruh (di RAPBNP 2015) sebesar Rp 5 triliun. Kami siapkan untuk jaga-jaga kalau terjadi sudden reversal (pelarian modal)," jelas Menteri Keuangan Bambang P.S Brodjonegoro ketika berkunjung ke kantor CNN Indonesia, Jumat (9/1).
Khusus di pasar obligasi negara, kata Menkeu, pemerintah bersama Bank Indonesia dan Otoritas jasa Keuangan (OJK) telah menyiapkan pengamanan berlapis guna mengantisipasi sudden reversal. Bond Stabilization Fund (BSF) menjadi kerangka kebijakan yang disiapkan pemerintah jika investor asing meninggalkan portolionya di pasar surat berharga negara (SBN).
"Kami sudah siapkan BSF untuk mengamtisipasi sudden reversal di pasar SBN rupiah. Karena kepemilikan SBN oleh asing itu sekitar 38 persen," jelasnya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Bambang memprediksi
gonjang ganjing nilai tukar rupiah masih akan berlangsung pada 2015 menyusul rencana Bank Sentral Amerika Serikat (AS) menaikan suku bunga acuannya pada pertengahan tahun.
"Secara natural investor akan mencari safe haven, yaitu US dollar dan US Treasury Bills. Konsekuensinya dolar akan menguat terhadap mata uang manapun dan secara otomatis investasi yang tadinya berkeliaran akan mendekati dolar AS," tuturnya.
(ags/ags)