Jakarta, CNN Indonesia -- Kebijakan Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti yang agresif menerima beberapa tentangan. Termasuk saat dirinya melarang ekspor komoditas kepiting telur. Ia mengaku mendapat ancaman berbau mistis dari orang-orang yang merasa dirugikan atas kebijakannya itu.
"Ada yang sms saya caci-maki dari Kalimantan, dia bilang saya mau disantet segala. Bahkan katanya tujuh turunan karena melarang kepiting bertelur diekspor," ungkap Susi saat rapat koordinasi dengan 338 nakhoda kapal pengawas di Gedung Mina Bahari I, Jakarta, Selasa (13/1).
Kepiting telur memang memiliki nilai ekonomi yang sangat tinggi. Harga jual kepiting telur bisa 100 persen lebih tinggi dari harga kepiting biasa. Susi menjelaskan alasannya melarang ekspor kepiting telur agar hewan tersebut bisa terus berkembang biak karena tidak dieksploitasi berlebihan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Anda selamatkan 5 ribu anak kepiting dari satu ekor kepiting yang sedang bertelur. Perbedaan harganya memang 100 persen. Anda harus jelaskan itu kepada masyarakat. Harga kepiting tidak bertelur Rp 50.000, bertelur bisa Rp 100.000," katanya.
Menurut Susi, masyarakat harus lebih paham mengenai arti pemberdayaan ikan secara berkelanjutan yang bisa dinikmati oleh generasi mendatang. Tanpa harus mengeksploitasi sumber daya laut berlebihan.
"Kebijakan itu saya pikir tidak masalah untuk proteksi kearifan lokal kita. Kita semua menjadi juru kampanye kemaritiman keberlanjutan, dari semua lini," katanya.
(gen)