SUKU BUNGA ACUAN

Jusuf Kalla Ingin BI Rate Segera Turun

Elisa Valenta Sari | CNN Indonesia
Sabtu, 17 Jan 2015 11:30 WIB
Wakil Presiden Jusuf Kalla menilai penurunan harga bahan bakar minyak (BBM) lanjutan yang dilakukan pemerintah mampu menekan angka inflasi.
Wapres Jusuf Kalla (kanan) didampingi Menkeu Bambang Brodjonegoro (kiri) memberikan keterangan pers usai rapat kabinet terbatas bidang perekonomian di Kantor Kepresidenan, Jakarta, Rabu (17/12/2014). (ANTARA FOTO/Widodo S. Jusuf)
Jakarta, CNN Indonesia -- Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) meminta Bank Indonesia (BI) menurunkan suku bunga acuannya atau BI rate, yang pada saat ini 7,75 persen, menyusul kebijakan pemerintah menurunkan harga bahan bakar minyak (BBM), elpiji, dan semen. JK menilai penurunan harga BBM yang dilakukan pemerintah kemarin mampu menekan angka inflasi.

"Saya bersyukur BI rate bulan ini tidak naik. Mudah-mudahan bulan depan turun. Karena perbankan selalu minta sinyal ke pemerintah. Kalau pemerintah kasih sinyal tentu BI juga kasih sinyal," ujarnya dalam pertemuan dengan para pelaku industri keuangan di Gedung Dhanapala, Jakarta, Jumat malam (16/1).

Lebih lanjut, Jusuf Kalla juga melihat prospek ekonomi Indonesia di tahun ini akan baik meski dibayangi pengaruh ekonomi dunia. Pemerintah pun menargetkan pertumbuhan ekonomi pada tahun ini bisa mencapai lebih dari 5 persen.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Dari segi tantangan, kita semua jangan hanya mengejar inflasi targeting, tapi gross targetingnya juga. Kita mesti targetkan pertumbuhan ekonomi di atas 5 persen," tegasnya.

Menurut JK, saat ini hal yang diperlukan adalah mengambil keputusan secara tepat dan cepat. Meski harus menanggung resiko, lanjutnya, pemerintah harus bisa meredam kepanikan pasar.

JK yang juga menjabat sebagai Ketua Palang Merah Indonesia (PMI) pun mengibaratkan sistem keuangan seperti tekanan darah. Apabila tingkat suku bunga terlalu tinggi, maka sistem keuangan akan mengalami tekanan. Begitu pula sebaliknya.

"Keuangan itu seperti darah dalam tubuh kita. Kalau kita tinggi tekanan darahnya, maka sulit bergerak. Kalau kerendahan darahnya, kita juga bakal pusing," ujarnya.

Sebelumnya BI memutuskan untuk mempertahankan BI Rate sebesar 7,75 persen, dengan suku bunga Lending Facility dan suku bunga Deposit Facility masing-masing tetap pada level 8,00 persen dan 5,75 persen. Keputusan tersebut diambil melalui Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI yang digelar Kamis (15/1) sore, di Jakarta. (Baca: Jaga Defisit Transaksi Berjalan, BI Rate Dipertahankan)

"Evaluasi menyeluruh terhadap perkembangan ekonomi Indonesia di 2014 dan prospek ekonomi 2015 dan 2016 menunjukkan bahwa kebijakan tersebut tetap konsisten dengan upaya untuk mengarahkan inflasi menuju ke sasaran 4±1 persen pada 2015 dan 2016, serta mendukung pengendalian defisit transaksi berjalan ke tingkat yang lebih sehat," ujar Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi Tirta Segara.

Menurut Tirta, kebijakan Bank Indonesia tetap diarahkan untuk mencapai sasaran inflasi, mengelola defisit transaksi berjalan yang sehat, serta menjaga stabilitas sistem keuangan. BI sendiri memperkirakan perekonomian Indonesia tahun 2014 tumbuh sebesar 5,1 persen melambat dibandingkan dengan 5,8 persen pada tahun sebelumnya. (gir/gir)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER