Jakarta, CNN Indonesia -- Pemerintah yakin deflasi akan terjadi pada Januari 2015 sebagai dampak dari penurunan harga bahan bakar minyak (BBM) jenis Premium dari Rp 7.600 ke Rp 6.600 per liter. Selain karena penurunan harga BBM, pemerintah berdalih adanya faktor eksternal lain yang berkontribusi.
"Akibat penurunan harga BBM ini saya yakin dampaknya akan terjadi deflasi, tapi saya belum tahu berapa nilainya. Dengan turunnya harga BBM, kita harapkan harga yang lain turun, kalau tidak turun berarti tata niaganya bermasalah" ujar Menteri Koordinator bidang Perekonomian Sofyan Djalil di kantornya, Jumat petang (16/1).
Sofyan juga menilai deflasi Januari juga akan dipicu oleh produksi pangan dalam negeri yang kini sedang meningkat jumlahnya. Sofyan menjelaskan bahwa padi yang sudah mulai dipanen di Banten dan Jawa Tengah tengah memasuki masa panen sehingga harusnya mampu menekan harga pangan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kalau harga beras, saya pikir menurun meskipun di beberapa wilayah terkena banjir" jelasnya.
Namun, pemerintah tetap tak akan tinggal diam dalam mengendalikan harga pangan meskipun dari sisi produksi pangan menunjukkan tanda-tanda perbaikan. Pengendalian harga ini dilakukan mengingat peningkatan harga pangan merupakan kontribusi terbesar pada inflasi pada Desember 2014.
"Tetap, kita akan mengendalikan operasi pasar. Beras miskin (raskin) juga akan disalurkan Januari ini" ungkap Sofyan.
Seperti yang telah diketahui sebelumnya, pemerintah telah menurunkan harga BBM jenis Premium sebesar Rp 1.000 per liter menjadi Rp. 6.600 pada Jumat (16/1). Hal ini diprediksi akan meredam inflasi bulanan, yang angkanya sempat menyentuh 2,46 persen pada Desember 2014. Badan Pusat Statistik mencatat kenaikan harga BBM dan harga pangan sebagai kontributor terbesar dari inflasi bulanan Desember tersebut.
Sebelumnya, Menteri Keuangan Bambang P.S. Brodjonegoro optimistis laju inflasi tahun ini di bawah 5 persen. Pemerintah meyakini penurunan harga bahan bakar minyak (BBM) akan meredam kenaikan harga barang dan jasa.
“Inflasi 5 persen,
most likely itu bahkan perkiraan awal bisa di bawah 5 persen untuk tahun 2015 ini,” sepeti dilansir dari situs resmi Kementerian Keuangan, Jumat (16/1).
Kendati demikian, Bambang mengakui akan ada tekanan dari sisi komponen harga yang diatur pemerintah (
administered price) yang berasal dari kenaikan tarif listrik. Namun, dampak kenaikan tarif listrik terhadap inflasi 2015 dinilai tidak akan terlalu signifikan.
(gir/gir)