HARGA MINYAK

Irak Cetak Rekor Produksi, Harga Minyak Semakin Anjlok

Galih Gumelar | CNN Indonesia
Selasa, 20 Jan 2015 08:20 WIB
Harga minyak Brent berada pada angka US$ 48,84 per barrel setelah Irak mencetak rekor produksi minyak sebesar empat juta barrel per hari.
Ilustrasi oil rig. (Flickr/Neil Kremer)
Jakarta, CNN Indonesia -- Harga minyak mentah Amerika Serikat serta Brent kembali turun setelah perkiraan ekonomi global menunjukkan pelemahan, dan Irak mencetak rekor terbaru produksi minyak. Harga Brent kini di bawah US$ 49 dan US Crude harganya jatuh lebih dari US$ 1 per barrel.

Seperti dilansir Reuters, Tiongkok, yang merupakan konsumen energi terbesar di dunia, juga berkontribusi dalam pelemahan harga minyak seiring adanya tekanan dalam perekonomiannya. Tiongkok diekspektasikan memiliki perlambatan pertumbuhan ekonomi sebesar menjadi 7,2 persen dibanding setahun yang lalu. Bahkan biro statistik Tiongkok menunjukkan bahwa harga perumahan semakin turun selama empat bulan berturut-turut.

Harga Brent berada pada angka US$ 48,84 per barrel, atau turun sebesar US$ 1,33. Sementara minyak mentah AS nilainya turun sebesar US$ 1,17 ke angka US$ 47,52 per barrel. Volume perdagangan bagi minyak mentah sangat rendah dan hingga saat ini belum ada harga pasti bagi minyak mentah AS mengingat bursa saham AS masih tutup akibat peringatan Martin Luther King Jr.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Perlu dicatat, harga minyak telah turun sebanyak lebih dari setengahnya sejak Juni 2014 seiring dengan produksinya yang melimpah, dan permintaannya menunjukkan penurunan. Meskipun International Energy Agency mengatakan bahwa harga minyak akan kembali naik tahun ini, tetapi harga akan jatuh lebih dalam sebelum harganya naik kembali.

Sementara itu, Irak telah menghasilkan rekor produksi minyak sebesar empat juta barrel per hari pada bulan Desember kemarin. Menteri Perminyakan Irak Adel Abdel Mehdi mengatakan bahwa peningkatan produksi ini muncul dari terminal selatan dan masih adanya suplai dari utara melonjak.

Namun, Menteri Perminyakan Iran Bijan Zanganeh mengatakan bahwa anggota-anggota OPEC sebaiknya segera menghentikan penurunan harga minyak untuk menghindari kerugian. Namun, menurutnya belum ada sifat urgensi untuk mengadakan pertemuan darurat demi membahas hal ini.

"Meskipun harga minyak turun menjadi US$ 25 per barrel, industri perminyakan tak akan terancam" ujar Zanganeh seperti dikutip dari Reuters, Selasa (20/1). (gir/gir)
TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER