Jakarta, CNN Indonesia -- Pemerintah Indonesia berencana menerbitkan obligasi berdenominasi yen (samurai
bond) berjangka waktu 10 tahun pada tahun ini. Pemerintah pun berencana menerbitkan dua versi dari penerbitan samurai
bond tersebut, yakni yang bergaransi dan tanpa menggunakan garansi dari Japan Bank for International Cooperation (JBIC).
“Untuk prospeknya sudah bagus. Karena kita juga sudah beberapa kali muncul di Tokyo market. Sehingga kehadiran surat utang Indonesia bisa diterima market Jepang. Cuma mengenai
issuence-nya, timingnya harus dicari waktu yang terbaik. Apapun kondisi global, yang pasti harus cari
timing yang tepat," kata Bambang saat bertemu dengan perwakilan JBIC di kantornya, Selasa (20/1).
Samurai
bond adalah obligasi berdenominasi yen yang diterbitkan oleh Pemerintah Indonesia atau swasta di pasar keuangan Jepang. Pemerintah telah tiga kali menerbitkan samurai
bond menggunakan penjaminan dari JBIC, yakni pada 2009 sebesar 35 miliar yen dengan imbal hasil (
yield) 2,73 persen, lalu pada 2010 senilai 60 miliar yen dengan
yield 1,6 persen, dan terakhir pada 2012 sebesar 60 miliar yen dengan
yield 1,13 persen.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Bambang menilai penerbitan samurai
bond dengan jaminan JBIC dianggap mampu memberikan ketenangan kepada calon investor yang akan menanamkan dananya di Indonesia. Namun pengalaman Indonesia yang sudah berkali-kali menerbitkan samurai
bond di Jepang mengindikasikan pemberian jaminan terhadap penerbitan samurai
bond bisa dikurangi.
"Tapi setelah berapa kali muncul tentunya akan dilihat lagi kondisinya apakah granasi itu masih diperlukan. Dan kalau pun diperlukan garansi itu seberapa besar," kata Bambang.
Sementara itu Hiroshi Watanabe, Gubernur JBIC menjelaskan penerbitan samurai
bond di Jepang sudah banyak mendapat kepercayaan dari masyarakat Jepang. Awalnya, usul pemberian jaminan pada samurai
bond dilakukan pada saat
bond market pada saat itu sangat tidak stabil, sehingga negara-negara berkembang seperti Brazil, Rusia, India, Tiongkok mengalami kesulitan menerbitkan obligasi sendiri.
"Pada saat itu pasar negara barat, Amerika Serikat dan Eropa cukup terluka. Tapi
market di Jepang tidak terluka atau tidak separah di Barat. Sehingga cukup banyak dana yang tertampung di market Jepang. Oleh karena itu dengan menerbitkan obligasi, berbagai negara berkembang mencoba mendapatkan dana yang diperlukan," kata Watanabe.
Watanabe juga meyakinkan pemerintah Indonesia untuk menerbitkan samurai
bond tanpa jaminan seperti rencana sebelumnya. Mengingat banyaknya investor Jepang yang tertarik terhadap proyek-proyek infratruktur yang akan digarap oleh pemerintah dalam beberapa tahun ke depan.
“Jadi kalau memang Indonesia sendiri sudah dapat kepercayaan
market di Tokyo. Tanpa ada jaminan atau tanpa membayar biaya jaminan ke kami yakin Indonesia bisa terbitkan sendiri," kata Watanabe.
Dalam rangka mempersiapkan penerbitan samurai
bond, Menteri Keuangan Bambang P.S. Brodjonegoro pada 22 Desember 2014 telah menandatangani
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 238/PMK.08/2014 tentang Penjualan Surat Utang Negara Di Pasar Perdana dalam denominasi yen di Jepang.
(gen)