Jakarta, CNN Indonesia -- Nilai tukar rupiah terhadap dollar AS diprediksi berada dalam rentang 12.605-12.589 untuk kurs tengah Bank Indonesia (BI) pada Senin (19/1) dengan kecenderungan menguat karena imbas penurunan harga bahan bakar minyak (BBM) dan semen.
Head of Research PT Woori Korindo Securities Indonesia Reza Priyambada mengatakan pasca rilis penurunan harga BBM hingga harga semen, laju rupiah mampu berbalik positif.
“Hal itu seiring penilaian pelaku pasar nantinya imbas penurunan tersebut akan dapat membuat harga-harga sejumlah bahan pokok menurun sehingga inflasi dapat dikendalikan,” ujarnya seperti dikutip dari riset, Minggu (18/1).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Di sisi lain, rilis berita tetapnya suku bunga BI rate turut direspon positif, seiring penilaian tidak terlalu reaktifnya BI menanggapi sentimen yang ada. Padahal laju Yuan dan Euro sedang melemah, terutama setelah Bank Sentral Swiss membatalkan kebijakannya untuk mencegah penguatannnya terhadap Euro.
Reza menambahkan, kebetulan juga laju dollar AS sempat melemah, setelah merespon peningkatan klaim pengangguran. Sehingga dapat dimanfaatkan rupiah untuk menguat. Laju rupiah berada di atas target level resisten 12.600.
“Meski potensi pelemahan tidak sepenuhnya terjadi, tapi tetap perlu mewaspadai setiap potensi perubahan,” ungkapnya.
Sebelumnya, PT Bahana TCW Investment Management menilai rupiah bakal berada di sekitar Rp 12.500 per dolar Amerika Serikat (AS) pada 2015. Prediksi itu sedikit lebih tinggi dari asumsi pemerintah di kisaran Rp 12.200 karena beberapa hal. (Baca juga:
Bahana Investment Hembuskan Lagi Wacana Redenominasi Rupiah)
“Alasan utamanya adalah saat ini dunia ekonomi sedang memasuki era penguatan dolar AS. Hal itu arus diakui bakal membuat penguatan mata uang lain terhambat,” kata Budi Hikmat, Chief Economist Bahana TCW Investment di Jakarta, Rabu (14/1).
(gir/gir)