Raja Arab Saudi Wafat, Harga Minyak Melonjak

CNN Indonesia
Jumat, 23 Jan 2015 10:36 WIB
Harga minyak mentah dunia melonjak pada awal perdagangan bursa Asia, Jumat (23/1) menyusul wafatnya Raja Arab Saudi Raja Abdullah bin Abdulaziz. 
Harga minyak mentah dunia melonjak pada awal perdagangan bursa Asia, Jumat (23/1) menyusul wafatnya Raja Arab Saudi Raja Abdullah bin Abdulaziz. (Thinkstock/meawnamcat)
Jakarta, CNN Indonesia -- Harga minyak mentah melonjak pada awal perdagangan bursa Asia, Jumat (23/1) menyusul wafatnya Raja Arab Saudi Raja Abdullah bin Abdulaziz. Berita meninggalnya pemuncak tahta negara produsen minyal tersebut menambah ketidakpastian pasar energi dunia yang telah mengalami pergeseran terbesar selama beberapa dekade terakhir.

Dilansir Reuters, Abdullah (90) meninggal pada Jumat (23/1) pagi seperti dan posisinya akan digantikan oleh sang adik, Pangeran Salman bin Abdulaziz.

Harga minyak mentah WTI (West Texas Intermediate) naik lebih dari 2 persen pada pembukaan bursa berjangka Asia ke level US$ 47,76 per barel. Sementara itu, harga patokan minyak dunia Brent dibuka menguat 1,5 persen ke level US$ 49,1 per barel.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Raja Abdullah adalah arsitek dari strategi saat ini dalam menjaga produksi minyak tetap tinggi dan memaksa keluar pemain yang lebih kecil," ujar John Kilduff dari Again Capital LLC di New York.

Harga minyak telah anjlok lebih dari separuh sejak Juni tahun lalu menyusul meningkatnya persediaan yang tidak sebanding dengan menurunnya permintaan.

Booming produksi shale gas telah mengubah posisi Amerika Serikat dari importir minyak terbesar dunia menjadi produsen terbesar, dengan total produksi lebih dari 9 juta barel per hari.

Untuk mengatasi lonjakan produksi dan penurunan harga, banyak eksportir minyak seperti Venezuela, yang menginginkan agar 13 anggota Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) memangkas produksi guna meningkatkan harga dan pendapatan.

Namun, OPEC dipelopori oleh Arab Saudi tetap menjaga volume produksi 30 juta barel per hari. Hal ini untuk mempertahankan pangsa pasar OPEC terhadap produksi shale AS serta eksportir non-OPEC lainnya seperti Brazil atau Rusia.
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER