Jakarta, CNN Indonesia -- PT Semen Indonesia (Persero) Tbk (SMGR) menuturkan kepada JP Morgan, perusahaan finansial asal Amerika Serikat bahwa penurunan harga semen yang diumumkan pemerintah merupakan inisiatif manajemen. Badan usaha milik negara (BUMN) semen terbesar nasional ini bakal mengkaji harga per tiga bulan dan menimbang penaikan harga semen curah (bulk).
Menurut riset JP Morgan yang diterima pada Kamis (22/1), manajemen Semen Indonesia juga menyatakan perseroan dapat mengubah harga tanpa izin pemerintah lagi. Seperti yang diketahui, sebelumnya pemerintah mengumumkan penurunan harga semen sebesar Rp 3.000 per sak berbarengan dengan penurunan harga bahan bakar minyak (BBM) jenis premium dan solar mulai Senin (19/1) lalu.
"Mengacu asumsi harga tetap sepanjang 2015 setelah penurunan tersebut, Semen Indonesia memperkirakan pertumbuhan laba sebelum pajak, bunga, depresiasi dan amortisasi (EBITDA) sebesar 2-3 persen setahun. Namun angka tersebut masih bisa berubah," tulis JP Morgan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Di sisi lain, manajemen perusahaan semen pelat merah itu juga mengungkapkan harga semen curah (
bulk) saat ini lebih murah daripada harga semen kantong. Selama ini
bulk berkontribusi 30 persen bagi pendapatan perseroan pada 2014. "Dengan adanya pertumbuhan permintaan, pihak manajemen memproyeksikan dapat menaikkan harganya," ungkap riset tersebut.
JP Morgan juga menyatakan, penghematan biaya yang dapat dilakukan perseroan adalah dari sisi transportasi. Biaya angkutan semen mencakup 50 persen dari total beban distribusi yang sudah turun 6 persen sejak awal 2015. Sementara, biaya terbesar kedua adalah kurs, tetapi hal ini di luar kendali manajemen.
Lebih lanjut, menurut manajemen Semen Indonesia permintaan dan pasokan akan seimbang sepanjang 2015. Perseroan memprediksi pasokan maksimal mencapai 2,1 metrik ton dan potensi permintaan maksimal hingga 3,7 metrik ton atau meningkat 6 persen setahun.
"Faktor yang positif bagi perseroan adalah penurunan inflasi dan potensi penurunan suku bunga yang mendorong permintaan," ungkap JP Morgan.
(gen)