Jakarta, CNN Indonesia -- Modal asing kembali masuk ke pasar obligasi Indonesia meski dihantui risiko pembalikan menyusul rencana Bank Sentral Amerika Serikat (AS) melakukan normalisasi kebijakan moneter. Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang (DJPU) mencatat kepemilikan obligasi negara oleh asing hingga hari ke-26 sebesar Rp 491,73 triliun, meningkat Rp 29,85 triliun dibandingkan dengan posisi awal bulan Rp 461,88 triliun.
Investor asing sejauh ini menguasai hampir 40 persen obligasi negara, meningkat bertahap dari hari ke hari. Sementara pemerintah dan bank asing tercatat menyimpan surat utang negara (SUN) sebesar Rp 104,36 triliun (8,4 persen), naik tipis dibandingkan dengan posisi awal bulan Rp 103,42 triliun.
Meningkatnya portfolio asing selaras dengan perdagangan obligasi negara di pasar sekunder, yang secara total meningkat Rp 30,5 triliun dari Rp 1.212,09 triliun menjadi Rp 1.242,26 triliun.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Meningkatnya perdagangan obligasi negara sejalan dengan strategi pemerintah menggenjot pembiayaan di awal tahun. Baru-baru ini pemerintah sukses melelang obligasi negara berdenominasi dolar AS atau global bond senilai US$ 4 miliar atau setara Rp 50,5 triliun, di luar penerbitan reguler surat berharga negara (SBN) yang sudah terjadwal secara periodik di pasar domestik.
Kemarin, Selasa (27/1), pemerintah kembali menarik utang baru sebesar Rp 2,1 triliun melalui lelang empat seri SBN syariah atau sukuk negara, dari total penawaran yang masuk sebesar Rp 19 triliun. Dari empat seri yang ditawarkan, pemerintah hanya melepas tiga seri sukuk negara, yakni Seri PBS006, Seri PBS007, dan Seri PBS008. Ketiga seri sukuk tersebut memiliki tenor beragam, yakni lima tahun, 25 tahun , dan satu tahun.
(ags/ags)