Kredit Macet Bank Danamon Meningkat pada 2014

Galih Gumelar | CNN Indonesia
Kamis, 29 Jan 2015 19:40 WIB
Bank Danamon menargetkan pertumbuhan kredit hingga 16 persen pada 2015, di mana kredit UMKM diharapkan menjadi motor utama kinerja pembiayaan perseroan.
Launching Tabungan BISA Qurban iB Danamon Syariah. (CNN Indonesia/Pingkan Palilingan)
Jakarta, CNN Indonesia -- Kredit macet atau non performing loan (NPL) PT Bank Danamon Indonesia meningkat pada tahun lalu, dari 1,9 persen pada 2013 menjadi 2,3 persen. Chief Financial Officer sekaligus Direktur Danamon, Vera Eve Lim mengatakan pembiayaan alat-alat berat untuk sektor pertambangan menjadi menyumbang terbesar NPL.

"Meskipun begitu, semoga kami bisa kendalikan NPL tahun ini dengan baik," ujar Vera di kantornya, Kamis (29/1).

Pada tahun 2014, Bank Danamon mencatat pertumbuhan penyaluran kredit sebesar tiga persen dimana angkanya meningkat dari Rp 139,85 triliun di tahun 2013 menjadi Rp 145,70 triliun pada tahun 2014. Sedangkan untuk kredit otomotif melalui PT Adira Finance, yang merupakan anak perusahaan Bank Danamon, angkanya mencapai Rp 49,6 triliun atau tumbuh sebesar tiga persen dibanding tahun lalu.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Pertumbuhan ekonomi yang lamban dan naiknya harga BBM serta kenaikkan suku bunga acuan Bank Indonesia menjadi 7,75 persen memang memengaruhi pertumbuhan kredit. Tapi kita optimis pertumbuhan kredit bisa lebih baik lagi pada tahun ini," tutur Vera.

Untuk tahun ini, perseroan menargetkan pertumbuhan kredit hingga 16 persen. Kredit usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) diharapkan menjadi motor Bank Danamon, dengan target pertumbuhan hingga 18 persen.

"Tahun 2015 kita targetkan pembiayaan UMKM sebanyak 18 persen dengan target pertumbuhan volume kredit sebesar 20 persen. Karena kredit UMKM berkontribusi paling banyak, jadi kita utamakan pertumbuhan dari kredit tersebut," jelas Vera.

Vera mengatakan proporsi kredit UMKM pada tahun lalu sebesar 28 persen dari total penyaluran kredit, dengan nilai mencapai Rp 20 triliun. Porsinya lebih tinggi dibandingkan kredit komersial Rp 15 triliun dan kredit korporasi  Rp 17,5 triliun. (ags/ded)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER