Rupiah Dibayangi Pelemahan pada Pekan Depan

Giras Pasopati | CNN Indonesia
Minggu, 01 Feb 2015 14:26 WIB
Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) diprediksi berada dalam rentang 12.715-12.487 untuk kurs tengah Bank Indonesia (BI) pada pekan depan.
Petugas melayani transaksi setoran nasabah di Bank Mandiri cabang Pertamina UPMS III Jakarta, Jumat (26/12). (ANTARA FOTO/Wahyu Putro A)
Jakarta, CNN Indonesia -- Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) diprediksi berada dalam rentang 12.715-12.487 untuk kurs tengah Bank Indonesia (BI) pada pekan depan, dengan kecenderungan melemah karena berbagai sentimen negatif dari pasar keuangan global.

Head of Research PT Woori Korindo Securities Indonesia Reza Priyambada mengatakan, adanya pemberitaan kemenangan Partai Oposisi Yunani dalam Pemilu di akhir pekan sebelumnya memberikan sentimen negatif pada laju euro.

“Pelaku pasar khawatir jika partai oposisi yang memenangi pemilu maka Yunani akan mengalami default atau gagal bayar, keluar dari Zona Euro, dan berbagai persepsi lainnya,” ujarnya seperti dikutip dari riset, Sabtu (31/1).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dia menilai, tentu saja sentimen tersebut membuat laju euro terus menunjukkan pelemahan dan dimanfaatkan dolar AS untuk menguat, sehingga rupiah pun terjungkal ke zona merah.

“Laju rupiah sempat menguat seiring mulai meredanya tekanan euro pasca pemimpin partai oposisi (pemenang pemilu Yunani) mengatakan akan melakukan negosiasi penyelesaian utang Yunani dengan para kreditur tanpa membuat Yunani keluar dari Eurozone,” jelasnya.

Di sisi lain, Reza menyatakan apresiasi rupiah sebelumnya juga turut ditopang kenaikan yen dan yuan. Yen menguat setelah Menteri Ekonomi Jepang mengatakan tidak ada waktu untuk membuat perencanaan untuk menggapai target inflasi 2 persen.

“Sementara yuan menguat setelah bank sentral Tiongkok menguatkan reference rate pasca pelemahan Yuan. Namun, di lain hari, laju rupiah turut tersengat sentimen dari pertemuan bank sentral AS (The Fed),” jelasnya.

Reza menilai tampaknya sudah menjadi siklus dimana setiap berlangsungnya pertemuan The Fed maka laju rupiah cenderung turun. Pelaku pasar pun lebih memilih untuk mentransaksikan dolar AS dengan berharap akan adanya kepastian The Fed terhadap pengumuman suku bunganya.

“Padahal kami belum melihat adanya indikasi adanya perubahan suku bunga The Fed dalam pertemuan kali ini. The Fed masih akan melakukan penilaian terhadap seberapa kuat perekonomian AS,” ungkapnya.

Lebih lanjut, Reza menyatakan laju rupiah masih melanjutkan pergerakan negatifnya setelah laju dolar AS kian bergerak naik pasca selesainya pertemuan The Fed. Turunnya rupiah juga dibarengi dengan penurunan won pasca memangkas suku bunga acuannya, dan turunnya yen seiring dengan pelemahan pada investasi saham serta obligasi.

(gir/gir)
TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER