Inflasi Januari Diyakini Melandai, BI rate Kemungkinan Tetap

Agust Supriadi | CNN Indonesia
Senin, 02 Feb 2015 10:36 WIB
Bank Indonesia (BI) memperkirakan defisit transaksi berjalan akan melonjak ke kisaran 3,5 persen hingga 3,8 persen PDB pada kuartal II 2015.
Bank Indonesia (BI) memperkirakan defisit transaksi berjalan akan melonjak ke kisaran 3,5 persen hingga 3,8 persen PDB pada kuartal II 2015. (CNN Indonesia/Adhi Wicaksono)
Jakarta, CNN Indonesia -- Bank sentral diprediksi akan menyikapi laju inflasi yang melandai pada Januari dengan mempertahankan suku bunga acuan (BI rate) di level 7,75 persen.

"Agak tricky (menjebak) kalau BI rate. Kemungkinan BI akan mempertahankannya di 7,75 persen," ujar Ekonom Mandiri Sekuritas, Aldian Taloputro, kepada CNN Indonesia, Senin (2/2).

Mandiri Sekuritas memperkirakan inflasi Januari akan melandai di kisaran 0,24 persen secara bulanan (month to month) menyusul turunnya harga bahan bakar minyak (BBM). Secara tahunan atau year on year (yoy) inflasi Januari diprediksi berkisar 7,5 persen.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Dengan turunnya harga BBM maka menarik turun inflasi karena administered price (harga-harga yang diatur pemerintah)," jelasnya.

Dengan menurunnya harga minyak dunia, kata Aldian, maka Indonesia sebagai negara pengimpor minyak akan menuai berkah dengan membaiknya neraca transaksi berjalan. Namun, defisit neraca transaksi berjalan berpotensi melebar kembali dengan komitmen pemerintah menggenjot belanja modal di bidang infrastruktur.

"Karena ini akan mengingkatkan impor bahan baku seperti baja dan lain-lain. jadi bisa melebar lagi defisit transaksi berjalan," tuturnya.

Asumsinya, kata Aldian, membaiknya neraca transaksi berjalan seharusnya berimplikasi pada menguatnya rupiah terhadap dolar AS.  "Namun, kemungkinan akan tertahan oleh meningkatnya impor barang modal," kata Aldian.

Sebelumnya, Bank Indonesia (BI) memperkirakan defisit transaksi berjalan akan melonjak pada kuartal II 2015. Sebelumnya BI menargetkan defisit transaksi berjalan sebesar 3 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB) sepanjang tahun ini, tetapi defisit sebesar 3,5 hingga 3,8 persen diperkirakan akan terjadi di kuartal II. (ags/ags)
TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER