Jakarta, CNN Indonesia -- Manajemen PT PLN (Persero) akan menandatangani perjanjian jual-beli listrik atau power purchase agreement (PPA) pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) Batang pada pekan ini. Direktur PLN Sofyan Basir mengatakan saat ini perseroan tengah mengumpulkan sejumlah berkas PPA, berikut
penyelesaian pembebasan lahan."Walaupun lahan masih belum semuanya bebas, tapi boleh dong kita PPA. Toh, lahan tinggal sedikit lagi," ujar Sofyan di Jakarta, Selasa (10/2).
Sofyan memastikan tarif pembelian listrik PLTU Batang berada di angka US$ 5,71 sen per kilowatt per hour (kwh). Angka ini tidak mengalami perubahan dari usulan perusahaan konsorsium yang mengingkan tarif listrik PLTU Batang berada di kisaran US$ 6,7 sen per kwh.
"Tidak ada addendum harga. Tarif pakai yang lama," tuturnya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sementara untuk penyelesaian proyek senilai US$ 4 miliar itu, Sofyan mengatakan
perusahaan konsorsium, yang terdiri dari J Power, Itochu dan PT Adora Tbk, menargetkan PLTU Batang mulai beroperasi pada 2018.
"PLN sudah ambil alih masalah pembebasan lahan. Jadi diharapkan bisa selesai di 2018," katanya.
Sebagai informasi, PLTU Batang rencananya akan memiliki kapasitas listrik sebesar 2 x 1.000 megawatt. Saat ini, proyek tersebut masih terganjal pembebasan lahan seluas 19 hektar.
(ags/ags)