Jakarta, CNN Indonesia -- Menteri Perdagangan Rahmat Gobel mengatakan nota kesepahaman antara Proton Holdings Bhd Malaysia dan PT Adiperkasa Citra Lestari murni urusan
business to business. Itu, kata dia, bukan urusan pemerintahan.
Lantas mengapa disebut mobil nasional? Rahmat menduga ada hubungannya dengan perbedaan bahasa Melayu dan Indonesia.
“Mungkin bahasa Melayu dan bahasa Indonesia beda, dibilang apa, makanya dibilang mobil nasional,” kata Menteri Rahmat, tertawa. ”Itu kesalahpahaman.”
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lagipula, kata Rahmat, kesepakatan itu baru menyangkut studi kelayakan.
Sebelumnya, Menteri Koordinator bidang Perekonomian Sofyan Djalil menilai klaim yang dilakukan oleh Proton mengenai mobil nasional hanyalah sepihak. Menurut Sofyan, kehadiran Presiden Joko Widodo dalam penandatanganan nota kesepahaman (MoU) antara Proton dengan PT Adiperkasa Citra Lestari (ACL) murni persoalan bisnis bukan soal mobil nasional.
"Mereka masih mau menggarap studi kelayakan, namanya klaim kan boleh-boleh saja. Tapi yang jelas masih panjang ceritanya," ujar Sofyan saat ditemui di Gedung DPR RI, Jakarta, Selasa (10/2). (Baca:
Soal Mobnas, Menteri Sofyan Sebut Proton Klaim Sepihak)
Sofyan menjelaskan dalam MoU yang tertuang, Proton hanya berniat memproduksi mobil di Indonesia. Sebagai tahapan awal, Proton pun melakukan studi kelayakan (
feasibility study) untuk menentukan jadi atau tidaknya Proton memproduksi mobil di Indonesia.
Kehadiran Presiden Jokowi pun dinilai sebagai bentuk penghormatan kepada pihak yang telah mengundang yakni mantan Perdana Menteri Malaysia Mahathir Mohammad dan Perdana Menteri Mohammad Najib Tun Abdul Razak.
(ded/ded)