Jakarta, CNN Indonesia -- Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin) Suryo Bambang Sulisto menanggapi positif rencana kerjasama otomotif antara perusahaan Malaysia, Proton Holdings Berhad dengan PT Adiperkasa Citra Lestari yang dilakukan pekan lalu.
Menurutnya, setiap negara di Asia Tenggara memiliki keunggulan komparatif masing-masing sehingga wajar-wajar saja perusahaan asal Malaysia tersebut membidik pasar Indonesia.
"Kerjasama dengan Malaysia karena industri mobilnya relatif lebih maju daripada Indonesia. Kita bisa dapat ilmu mereka, mereka dapat pangsa pasar kita. Kenapa masalah ini harus menjadi ramai?," ujar Suryo menanggapi santai rencana kerjasama tersebut, di Jakarta Convention Center, Kamis (12/2).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Suryo menilai industri otomotif Malaysia lebih efisien dari segi biaya dibandingkan Indonesia. Sehingga tak ada salahnya Indonesia menggandeng pihak asing untuk menjalankan proyek otomotif.
"Kita mikirnya harus objektif. Bangun industri mobil itu tidak mudah, butuh biaya dan juga orang-orang ahli. Butuh komitmen serta siap rugi, sehingga kalau ada yang mau bantu kita seharusnya welcome," tambahnya.
Menurut Suryo sisi positif dari rencana kerjasama antara perusahaan milik mantan petinggi Badan Intelijen Negara (BIN) A.M. Hendropriyono dengan Malaysia adalah bisa menurunkan dominasi mobil buatan Jepang di pasar Indonesia.
“Saat ini 90 persen mobil di Indonesia adalah merek Jepang. Kalau mobil non Jepang masuk kan semakin bagus, semakin banyak pilihan bagi konsumen juga," katanya.
Dorong PTDISuryo malah menyarankan PT Dirgantara Indonesia (PTDI), selaku badan usaha milik negara (BUMN) di bidang aeronautika bisa melakukan kerjasama sejenis dengan menggandeng perusahaan Malaysia. Sebab, PTDI disebutnya memiliki keunggulan yang tidak dimiliki oleh perusahaan aeronautika Malaysia.
"Kalau mereka akan bantu kita bikin mobil nasional, kita juga harusnya bisa bantu mereka bangun pesawat nasional mengingat kita sudah bisa membuat pesawat sendiri. Tidak banyak negara Asia Tenggara yang memiliki keunggulan ini. Lebih baik PTDI jajaki kerjasama saja dengan Malaysia," tambah Suryo.
Isu pembuatan proyek mobil nasional ini berhembus setelah ACL mengadakan kerjasama dengan Proton dengan skema kerjasama
business to business. Namun kontroversi muncul karena Presiden Joko Widodo (Jokowi) turut menghadiri penandatanganan
memorandum of understanding (MoU) antar kedua perusahaan tersebut, dan pihak Proton mengklaim kerjasama tersebut sebagai rencana pengembangan mobil nasional Indonesia.
(gen)