Jakarta, CNN Indonesia -- Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) mendorong perempuan Indonesia untuk terlibat lebih banyak di sektor ekonomi. Selama ini, peran perempuan dalam perekonomian masih terbatas karena ada anggapan kaum hawa hanya cocok bekerja sebagai ibu rumah tangga.
"Kontribusi perempuan di perekonomian Indonesia terhalang oleh adanya stereotype bahwa perempuan harus mengerjakan pekerjaan rumah tangga sementara laki-laki bekerja di bidang teknis dan industri," ujar Shinta Widjaja Kamdani, Ketua Apindo bidang Hubungan Internasional & Investasi, dalam konferensi internasional 'Women Economic Empowerment' di hotel Sultan, Jakarta, Selasa (24/2).
Shinta mengungkapkan saat ini proporsi wanita di top manajemen perusahaan hanya 5 persen. Sementara itu, sebagian besar perempuan yang bekerja cenderung ada di sektor informal. Kondisi demikian membuat pemberdayaan perempuan harus menghadapi tiga tantangan besar yaitu keterbatasan akses finansial, keterbatasan jaringan maupun akses pasar, serta keterbatasan kompetensi.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selain itu, Shinta juga mendorong adanya kesetaraan gender di Indonesia. Data Bank Dunia tahun 2011 menunjukkan semakin tinggi kesetaraan gender di suatu negara akan meningkatkan produtifitas dan kualitas dari pembangunan.
Kamar Dagang Swedia, selaku penyelenggara konferensi,juga sependapat dengan Shinta. "Pemberdayaan perempuan dalam perekonomian adalah kunci untuk pengembangan sektor privat,” ujar Direktur Kamar Dagang Swedia Charlotte Kalin.
Oleh karenanya, lanjut Kalin, akses perempuan terhadap pendidikan, finansial, informasi dan bisnis secara umum perlu ditingkatkan.
Untuk itu, Apindo secara rutin mengadakan pembekalan (training) bagi pelaku Usaha Kecil dan Menengah (UKM) maupun Industri Kecil Menengah (IKM) yang didominasi oleh perempuan. Program yang sudah berjalan sejak tahun 2005 ini telah diikuti oleh sekitar 1500 peserta.
"Jadi kami melakukan program ini di seluruh Indonesia dengan memberikan pelatihan-pelatihan untuk memberdayakan perempuan. Keliling di berbagai wilayah Indonesia," jelas Shinta.
Materi training meliputi pemasaran produk, pengelolaan keuangan, hingga hubungan industrial. Selain itu, Apindo juga membuka akses pasar bagi pengusaha yang ingin mengekspor produknya dengan cara rutin mengundang pembeli dari luar negeri maupun mengirimkan delegasi ke luar negeri.
"Selain daripada training kita juga memberikan membuka akses pasarnya karena training saja tidak cukup. Kalau akses pasarnya tidak diberikan maka tidak bisa berkembang," tuturnya.
(ags)