Jakarta, CNN Indonesia -- Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) menilai tidak mudah bagi Indonesia untuk segera mencapai swasembada beras tanpa didukung dengan perbaikan infrastruktur.
“Saya pikir kalau dari realitanya kita harus
step by step,” kata Ketua Apindo bidang Hubungan Internasional & Investasi, Shinta Widjaja Kamdani, usai menghadiri sebuah konferensi internasional Women Economic Empowerment, di Jakarta, Selasa (24/2). “Menyetop impor juga target yang tak mudah.”
Wanita yang juga menjabat sebagai Wakil Ketua Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia ini mengungkapkan faktor logistik dan distribusi beras di Indonesia masih bermasalah karena kurangnya infrastruktur pendukung. Rantai pasokan (
supply chain) beras di Indonesia masih panjang dan jalur distribusi masih belum efisien sehingga mempengaruhi tingginya harga beras di pasar.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kendati demikian, Shinta mengapresiasi langkah pemerintah untuk memperpendek rantai distribusi beras dari Perusahaan Umum Badan Urusan Logistik (Bulog) langsung ke konsumen tanpa harus melalui pedagang sebagai upaya menstabilkan harga. "Yang jelas bulog ini sudah turun langsung, membuka kesempatan untuk menjual langsung kepada masyarakat dan ini saya rasa akan bisa membantu," tuturnya.
Sebelumnya Menteri Perdagangan Rachmat Gobel bersikukuh tidak akan melakukan impor beras meski harga beras kini melambung tinggi. Rahmat menginginkan Indonesia dapat segera melakukan swasembada beras.
Sebagai informasi, harga beras kualitas menengah yang awalnya Rp 9.000 per kilogram kini rata-rata sudah naik 30 persen menjadi Rp 12.000 per kilogram sedangkan untuk kualitas premium, harganya sudah mencapai Rp 15.000 per kg dari sebelumnya Rp 11.000 per kilogram di pasaran.
(ded/ded)