Nelayan Sebut Menteri Susi Tak Bisa Bedakan Alat Tangkap Ikan

Donatus Fernanda Putra | CNN Indonesia
Kamis, 26 Feb 2015 11:13 WIB
Nelayan-nelayan tradisional yang melaut dengan kapal kecil umumnya menggunakan alat manual seperti cantrang untuk menangkap ikan.
Sejumlah nelayan merapikan jaring cantrang saat tidak melaut di Pelabuhan Tegal, Jateng, Jumat (30/1). Paguyuban Nelayan Kota Tegal (PNKT) tidak memberikan ijin melaut pada puluhan kapal nelayan, akibat adanya larangan penggunaan alat tangkap cantrang, pukat dan helat oleh Menteri Kelautan dan Perikanan. (ANTARA FOTO/Oky Lukmansyah)
Jakarta, CNN Indonesia -- Ribuan nelayan yang tergabung dalam Front Nelayan Bersatu Pantai Pantura menggelar orasi di depan Gedung Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) tempat Menteri Susi Pudjiastuti berkantor. Dalam orasinya, salah seorang nelayan menyebut pengusaha perikanan dan maskapai penerbangan tersebut tidak bisa membedakan jenis alat tangkap ikan sehingga salah menerbitkan aturan.

Sugiono (48), salah seorang orator yang mengaku berprofesi sebagai nelayan mengkritisi diberlakukannya Peraturan Menteri KKP Nomor 2 Tahun 2015 tentang Pelarangan Penggunaan Alat Tangkap Cantrang, Trawl, dan Pukat Hela.

Dia menjelaskan nelayan-nelayan tradisional yang melaut dengan kapal kecil umumnya menggunakan alat manual seperti cantrang untuk menangkap ikan. Menurut Sugiono, cantrang sama sekali tidak merusak lingkungan yang dituding Menteri Susi menyebabkan hancurnya terumbu karang.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

“Cantrang beda dengan trawl, itu kena terumbu juga langsung putus. Nelayan tradisional berbeda dengan nelayan asing yang gunakan pukat harimau. Kalau orang tidak tahu bedanya, kenapa kami dibilang merusak lingkungan?” ujar Sugiono berapi-api, Kamis (26/2).

Sementara Pargiyono, nelayan asal Pati, Jawa Tengah meminta pemerintah seharusnya tidak memberlakukan kebijakan yang sama antara perusahaan penangkap ikan yang besar dengan nelayan tradisional. Sebab, hal tersebut dinilainya hanya akan mengganggu mata pencaharian nelayan kecil.

“Kalau kapal Taiwan itu berani menangkap ikan pas ombak besar, kami tidak berani. Ini cantrang sudah dipakai puluhan tahun. Alat ini peninggalan nenek moyang, kenapa dilarang? Kapal asing bisa melaut di laut dalam, tapi kami nelayan tradisional cuma laut dangkal," kata Pargiyono.

Para nelayan yang datang ke Jakarta dari beberapa daerah di Jawa Tengah seperti Rembang, Brebes, Tegal, dan Pati tersebut tampak berdemonstrasi mengenakan ikat kepala berwarna putih dan membawa spanduk penolakan atas kebijakan Menteri Susi tersebut.

"Kapal asing pura-puta dibakar itu bohong! Justru dibiarkan mencari ikan," tambah Sugiono.

Begitu banyaknya jumlah nelayan yang turun ke jalan, membuat arus lalu lintas macet. Dari arah Tugu Tani menuju ke stasiun Gambir arus lalu lintas dialihkan melewati Jalan Medan Merdeka Selatan. Saat ini massa berjalan kaki bergeser menuju ke Istana Negara untuk melanjutkan aksi unjuk rasa. (gen)
TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER