Jakarta, CNN Indonesia -- Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) menjaring komitmen investasi senilai Rp 12,2 triliun dari lima calon investor yang tertarik menanamkan modalnya di Papua dan Papua Barat. Komitmen tersebut dibukukan selama periode Oktober 2014 hingga Februari 2015, dengan sektor usaha yang dibidik adalah perkebunan dan oleochemical.
Kepala BKPM Franky Sibarani merinci nilai komitmen investasi ke sektor perkebunan di pulau paling timur Indonesia mencapai Rp 9,8 triliun, sedangkan di industri oleochemical sebesar Rp 2,4 triliun. Kelima calon investor tersebut akan diarahkan aktivitas bisnisnya di empat Kawasan Ekonomi Eksklusif (KEK), yakni Sorong, Merauke, Teluk Bintuni, dan Raja Ampat
"Salah satu syarat pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus adalah adanya investor yang siap menggerakkan investasi di wilayah tersebut. Saat ini sudah terdapat calon-calon investor yang ingin berinvestasi di KEK tersebut," ujar Franky Sibarani melalui siaran pers Jumat (27/2).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Franky mengatakan masing-masing KEK tersebut memiliki kekhususan bidang usaha. Untuk KEK Sorong dapat dikembangkan sbagai industri maritim, sedangkan KEK Merauke sebagai pengembangan sektor pertanian. Adapun KEK Teluk Bintuni diperuntukan bagi pengembangan sektor industri smelter dan petrokimia, sedangkan KEK Raja Ampat khusus dikembangkan sebagai pengembangan sektor pariwisata.
"Sekarang memang sudah terdapat calon investor yang merencanakan investasi tapi ada yang masih terhambat realisasinya. Selain investasi baru, investasi-investasi debottlenecking akan menjadi fokus BKPM," ujarnya.
Data BKPM menunjukkan terdapat dua proyek investasi di Papua Barat dan tujuh proyek investasi di Papua yang terhambat realisasinya dengan nilai mencapai Rp 16,88 triliun. Proyek investasi tersebut terdiri dari sektor perikanan sebanyak enam proyek, sektor perkebunan sebanyak satu proyek, dan industri petrokimia sebanyak dua proyek.
Meskipun memiliki tugas yang cukup berat, Franky tetap optimis bahwa realisasi investasi serta pengembangan empat kawasan ekonomi khusus di Papua dan Papua Barat dapat terselesaikan. "Saya optimis hal tersebut dapat tercapai karena kesiapan dukungan Kementerian teknis untuk mengembangkan infrastruktur kawasan ini," tuturnya.
Perlu diketahui bahwa realisasi investasi asing di Papua dan Papua Barat pada tahun 2014 mencapai US$ 1,41 miliar atau menurun dibandingkan data tahun 2013 yang mencapai US$ 2,41 miliar. Sementara itu, realisasi investasi dalam negeri pada tahun 2014 mencapai Rp 349,9 miliar atau turun dibandingkan tahun 2013 yang mencapai Rp 888,2 miliar.
Untuk tahun 2015, BKPM sendiri menargetkan realisasi investasi keseluruhan di Papua dan Papua Barat sebesar Rp 33,2 triliun.
(ags/ags)