Jakarta, CNN Indonesia -- Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) meyakini rencana General Motors (GM) menutup pabrik di Bekasi tak akan langsung berdampak terhadap iklim investasi di sektor otomotif. Namun, langkah tersebut bisa dijadikan pelajaran bagi semua pihak untuk membenahi permasalahan di industri otomotif nasional.
"Masalah penutupan pabrik General Motors di Bekasi itu kan dampaknya tak bisa dirasakan seketika. Masih diperlukan kajian-kajian terkait hal ini. Karena kalau mereka menutup pabrik pasti ada analisis cost dan benefit-nya, nah data mengenai hal inilah yang kami perlukan," ujar Deputi Bidang Pengembangan Iklim BKPM Farah Ratnadewi Indriani ketika ditemui di Gedung BKPM, Jumat (27/2).
Untuk bisa mengkaji dampak penutupan pabrik tersebut, lanjut Farah, BKPM perlu perlu mendapatkan keterangan dari Kementerian Perindustrian terkait permasalahan yang dihadapi investor pasca realisasi investasi. Dengan adanya hal ini, nantinya BKPM dapat melakukan sosialisasi yang lebih detil kepada calon investor agar mereka benar-benar paham situasi dan kondisi berinvestasi di Indonesia.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kami juga lihat dulu tentang penutupan pabriknya, apakah ditutup saja atau justru malah relokasi. Kami lihat situasinya nanti seperti apa, karena dari situ mungkin kita bisa lihat hal-hal apa yang perlu dibenahi bersama untuk kemudahan melakukan usaha," tambahnya.
Seperti yang diketahui sebelumnya, General Motors akan menutup pabriknya di Pondok Ungu, Bekasi pada akhir Juni 2015 dengan alasan inefisiensi. Implikasinya, produsen mobil Chevrolet itu akan merumahkan 500 karyawan pabrik yang telah beroperasi sejak 2013 ini.
Data BKPM menunjukkan realisasi penanaman modal asing (PMA) di sektor industri kendaraan sebesar US$ 2,06 miliar pada tahun 2014. Pada tahun 2015, tercatat satu perusahaan Jepang akan melakukan perluasan investasi sektor otomotif senilai US$ 600 juta di Bekasi.
(ags/gen)